UM Surabaya

Birrul Walidain

Kewajiban senantiasa beriringan dengan hak. Begitu pun orangtua yang telah menunaikan kewajiban-kewajiban kepada anak, mereka berhak mendapatkan bakti sang anak, apalagi ketika orangtua mulai menua tak mampu lagi beraktivitas seperti biasa, selayaknya mereka mendapatkan pelayanan terbaik dari anak-anaknya.

“Dan kami wasiatkan kepada manusia untuk bergaul dengan kedua orangtuanya dengan baik.” (QS. 29: 8).

Apalagi seorang ibu telah melewati pengorbanan yang susah payah (wahnan ala wahnin), sejak mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak (QS. 31 : 14).

Tak heran, Islam memberikan penghormatan tiga hingga empat kali lipat dibandingkan ayah.

Berbakti kepada orangtua (birrul walidain), tercermin dari akhlak mulia sang anak, baik perkataan, perbuatan, perhatian, dan doa yang senantiasa dipanjatkan.

Jika kepada orang lain saja, seseorang sering menawarkan bantuan layaknya penjaga toko kepada pelanggannya, mestinya kepada orangtua lebih daripada itu, karena mereka adalah pahlawan kehidupan.

Sebagaimana hadis riwayat al-Bukhari dalam Al-Adabul Al-Mufrad (No. Hadis 1 dan 2), birrul walidain merupakan perbuatan yang paling dicinta Allah, sejajar dengan salat pada waktunya, dan jihad di jalan Allah.

Lebih dahsyat lagi, cinta Allah terhadap seorang hamba, tergantung pada kecintaan kepada kedua orangtua, sebaliknya murka Allah tergantung murka orangtua.

Karena itu, menjaga cinta dan kedekatan antara anak dan orangtua mesti dibangun sejak dini hingga dewasa.

Masih banyak anak yang malu mengungkapkan kasih sayang kepada kedua orangtuanya, karena dari kecil tidak ada kedekatan emosional.

Sungguh luar biasa keutamaan berbakti kepada kedua orangtua, bahkan dapat menjadi penyebab terbukanya pintu-pintu surga.

Sebaliknya, durhaka kepadanya termasuk dosa besar yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam neraka, bahkan disebutkan setelah dosa syirik atau mempersekutukan Allah (Al-Adabul Al-Mufrad, No. Hadis 7, 8, dan 15).

“Rasulullah bersabda, ‘Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.’ Para sahabat lalu bertanya, ‘Siapa wahai Rasulullah?’ Beliau lalu bersabda, ‘Siapa saja yang mendapati kedua orangtuanya atau salah satu dari keduanya masih hidup di usia tua, tetapi ia malah masuk neraka.” (Al-Adabul Al-Mufrad No. Hadis 21 dan HR. Muslim).

Allah mengamanahkan anak sebagai ujian hidup. Dua kemungkinan besar yang akan terjadi, apabila orangtua “lulus ujian”, maka akan panen kebahagiaan dan itu harapan semua orangtua, tetapi jika gagal mendidiknya, anak-anak akan menjelma ratapan dan nestapa masa depan. (*)

*) Artikel ini tayang di suaramuhammadiyah.id

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini