Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullah berkata:
إذا كان الإنسان تسوؤه سيئته ويعمل لأجلها عملا صالحا، كان ذلك دليلا على إيمانه.
“Jika seseorang merasa sedih karena dosanya dan dia beramal saleh untuk menghapusnya, maka itu merupakan bukti atas keimanannya.” (Fathul Bariy, jilid 3 hlm. 28)
Perbuatan dosa seseorang yang tidak segera diiringi kesedihan karena bertobat dan tidak ada kesungguhan beramal saleh segera untuk menutupi perbuatan dosa sebelumnya, maka akan menjadikannya hina.
Jika seseorang telah menjadi hina dalam pandangan Allah Azza wa Jalla, maka tidak ada yang bisa memuliakannya, sebagaimana firman-Nya:
وَمَن يُهِنِ اللهُ فَمَالَهُ مِن مُّكْرِمٍ
“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang bisa memuliakannya.” (QS. Al Hajj:18)
Meski pun nampaknya dia diagungkan oleh manusia, karena manusia masih membutuhkannya atau takut kepada kejahatannya, namun hakikatnya dia adalah orang yang paling hina dalam hati manusia tersebut.
(Ad Da’ Wad Dawa’, karya Ibnul Qayyim rahimahullah, tahqiq Syaikh Ali Hasan Al Halabi hafizhahullah, hlm. 93)
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata:
ليس الخير أن يكثر مالك وولدك، ولكن الخير أن يكثر عملك وأن يعظم حلمك، وأن تبادر في عبادة ربك، فإن أحسنت حمدت الله، وأن أسأت استغفرت الله. ولا خير في الدنيا إلا لأحد رجلين: رجل أذنب ذنبا، فهو يتدارك ذلك بالتوبة أو رجل يسارع في الخيرات.. (الزهد الكبير برقم: 708، والحلية: 1/75)
“Kebaikan itu bukan dengan banyaknya harta dan anak-anakmu, akan tetapi kebaikan itu adalah dengan banyaknya amal salehmu, dan besarnya kemurahan hatimu, dan engkau bersegera dalam beribadah kepada Rabbmu, lalu jika telah berbuat baik maka engkau memuji Allah Azza wa Jalla, jika berbuat keburukan engkau memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla.
Dan tidak ada kebaikan di dunia ini kecuali untuk salah satu dari dua orang:
Pertama, seseorang yang berbuat dosa, lalu ia segera mengikutinya dengan bertobat.
Kedua, atau seseorang yang bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan.” (Az-Zuhd Al-Kabir, No: 708; dan Al-Hilyah: 1/75)
Sesungguhnya kematian adalah gelas, semua orang akan meneguknya. Kubur adalah pintu, semua orang akan memasukinya.
Kehidupan di dunia adalah kesempatan, terbentang luas selaksa pintu surga. Namun, tidak semua orang bisa memahami dan memasukinya.
Kita pasti akan ditanyai pada hari kiamat tentang segala nikmat-Nya.
قال أحد السلف:
“إذا فتح لأحدكم باب الخير، فليسرع إليه
فإنه لا يدري متى يغلق عنه”.
[الزهد للإمام أحمد: ٣١١]
Seorang ulama salaf berkata:
“Jika pintu kebaikan untukmu telah dibuka, maka bersegeralah menuju pintu tersebut. Sesungguhnya tidak ada yang mengetahui kapan pintu itu tertutup.”
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istikamah untuk senantiasa segera bertobat.
Memohon ampunan atas kekhilafan dan dosa yang telah kita lakukan, tergerak untuk bersegera melakukan amal-amal kebaikan untuk meraih rida-Nya. Aamiin Ya Rabb. (*/tim)