Muhammadiyah di Kota Kupang
Di Kupang, Muhammadiyah berkembang pesat sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan. Kehadiran PNS dan pedagang dari berbagai daerah seperti Minangkabau, Jawa, Madura, Bugis, Buton, Makassar, dan Bima turut memperkuat dakwah Muhammadiyah di wilayah ini.
Para pedagang ini membawa berbagai jenis dagangan dan membuka usaha yang mendukung aktivitas ekonomi sekaligus menyebarkan ajaran Muhammadiyah.
Pada 1979, sebuah babak baru dalam perkembangan Muhammadiyah di Kupang ditandai dengan Musyawarah Cabang pertama yang diselenggarakan di Kantor MUI NTT.
Hasil musyawarah tersebut memilih Abas Mustaqiem sebagai Ketua, Zainuddin Achied sebagai Sekretaris, dan Rahmat Nuri sebagai Bendahara Cabang Muhammadiyah Kupang. Pada 1984, Cabang Muhammadiyah Kupang memprakarsai pembentukan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) NTT.
Muhammadiyah dalam Pendidikan dan Kesehatan
Meskipun umat Islam di Kupang merupakan minoritas, Muhammadiyah tetap aktif dalam berbagai bidang, terutama pendidikan. Hingga saat ini, terdapat SMP Muhammadiyah Kupang, SD Muhammadiyah 1 dan 2 Kupang, serta SMK Muhammadiyah Kupang.
Selain itu, UM Kupang menjadi salah satu perguruan tinggi yang dihormati di Indonesia Timur, dengan jumlah mahasiswa pada 2024 mencapai 5.062 orang, di mana sekitar 80 persen di antaranya adalah non-Muslim yang disebut sebagai “Krismuha” (Kristen Muhammadiyah), sesuai dengan buku Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen dalam Pendidikan (2009).
Tidak hanya di bidang pendidikan, Muhammadiyah juga bergerak di bidang kesehatan melalui Klinik ‘Aisyiyah Kupang, yang berdiri sejak 2010 dan pada 2013 telah mendapat izin operasional serta bekerja sama dengan BPJS pada 2015.