*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Menasihati sesama merupakan tanda cinta dan kepedulian. Nasihat berarti menginginkan kebaikan bagi orang lain.
Bukan untuk merendahkan atau menyalahkan mereka. Dasar dari nasehat adalah harapan agar saudara kita menjadi lebih baik.
Berikut beberapa hadis yang berkaitan dengan pentingnya nasihat:
Dari Abu Ruqoyyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallaahu ‘anhu, Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda:
“Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa…?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, bagi pemimpin kaum muslimin, dan bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim 55)
Jarir bin ‘Abdillah Radhiyallaahu ‘anhu berkata:
“Aku pernah berbaiat kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan memberi nasehat kepada setiap muslim.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari 57 dan Muslim 56)
Dari Anas Radhiyallaahu ‘anhu, Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari 13 dan Muslim 45)
Imam Nawawi rahimahullah juga menggarisbawahi pentingnya nasihat dalam kitab Riyadhus Shalihin, didukung dengan dalil-dalil Al-Qur’an, seperti:
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)
“Dan aku memberi nasihat kepadamu.” (QS. Al-A’raf: 62)
“Aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (QS. Al-A’raf: 68)
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam juga bersabda:
“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” (HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori Radhiyallaahu ‘anhu)
Nasihat yang tulus adalah wujud cinta dan kepedulian terhadap sesama, sebuah perwujudan dari persaudaraan sejati dalam Islam. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News