*) Oleh: Agus Wahyudi,
Jurnalis senior, anggota Majelis Tabligh PWM Jatim
Idenya mengalir spontan. Saat diskusi kecil di sebuah warung kaki lima. Lokasinya di bibir Gang Ampel Lonceng, di sepanjang Jalan KH Mas Mansur. Salah satu kawasan legendaris di Kota Surabaya.
Sepekan jelang Rapat Kerja (Raker) Majelis Tablig (MT) PWM Jatim. Kegiatan itu sudah ditetapkan jadwalnya, 27-28 Mei 2023. Tempatnya di The Sagian Villa, Batu. Berada di lereng Gunung Arjuno.
“Ini Yai Doktor Syamsul (Dr Syamsul Ma’arif/Waka MT) punya usulan menarik. Saat raker, kita pakai baju putih. Pakai sarung Chofa,” kata Munahar melempar ide.
Slamet Muliono Redjosari (Waka MT) menyambut positif. Karena kesannya keren banget. Religiusitasnya, kekompakannya, dan lainnya. “Saya kira tidak sulit. Semua punya lah,” ucap dia.
Saya menimpali. Jika kesan itu mungkin bisa bertambah asyik jika ‘dibumbuhi’ spirit KH Ahmad Dahlan. Ya, dengan menambah topi imamah yang biasa dipakai pendiri Muhammadiyah itu.
“Foto-foto lama bisa jadi rujukan. Saya pernah memakainya pas acara dengan para pegiat sejarah di Peneleh.”
“Hanya yang jual topi sepertinya hanya ada di online. Di sejumlah marketplace. Di Yogyakarta pernah dicari, tapi tidak ada. Termasuk toko Suara Muhammadiyah,” imbuh saya.
Kami bertiga pun sepakat. Lalu membawa usulan ini ke rapat terakhir jelang keberangkatan di Kantor PWM Jatim. Para jamaah MT merespons. Mereka memanfaatkan smartphone-nya masing-masing. Mem-browsing dengan kata kunci “topi imamah” dan “topi ahmad dahlan”.
Sebagian besar peserta rapat tertarik membelinya. Hanya, lantaran fokus membahas agenda raker, pembahasan topi imamah itu berasa ‘menguap’. Tergantikan dengan pembahasan soal akomodasi, transportasi, konsumsi dan lainnya.