*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Bumi, jika dibandingkan dengan alam semesta, tak lebih dari setetes air di lautan. Namun, ada makhluk yang pernah menghuni bumi ini dan bersikap sombong, arogan, bahkan dengan congkak berkata, “Aku adalah tuhanmu yang tertinggi” (QS an-Nazi’at: 23).
Siapakah dia? Firaun, yang dikenal sebagai Ramses II, penguasa besar Mesir kuno yang hidup pada masa Nabi Musa di abad ke-13 SM.
Firaun dikenal sebagai salah satu raja paling berpengaruh dan kuat dalam sejarah Mesir, memerintah di puncak kejayaan.
Namun, kesombongan dan kebengisannya menghantarkan Firaun pada akhir tragis. Ia ditenggelamkan di laut, tubuhnya dihempaskan ke bibir pantai, lalu diawetkan sebagai pelajaran bagi generasi berikutnya.
Kisah ini menunjukkan bahwa tak ada manusia yang berhak merasa berkuasa mutlak atas orang lain.
Kesombongan Membutakan Hati
Sejarah telah mengajarkan bahwa kesombongan dan merasa “sok berkuasa” hanya membawa kehancuran.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak berada di posisi seorang raja, tetapi sering kali kita tanpa sadar memperlihatkan sikap dominasi atau merendahkan orang lain. Namun, sebagaimana kata pepatah, “Kita hari ini bukanlah kita sepekan yang lalu.”
Setiap orang berubah, dan kita tidak bisa berharap orang lain selalu memahami atau mengikuti apa yang kita inginkan.
Sikap merasa tersinggung atau ‘baper’ ketika disalahpahami oleh orang lain sering kali berakar dari ketidakmampuan kita untuk menerima perbedaan.
Sebagai makhluk yang berbeda-beda dalam tingkat kecerdasan dan kemampuan, tidak semua hal yang kita lihat bisa kita pahami sepenuhnya.
Sebagai contoh, dalam interaksi sosial, penting bagi kita untuk membuka mata hati kita dan menerima perbedaan sebagai bagian penting dari kehidupan. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw:
“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, melainkan kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati” (HR Bukhari Muslim).
Kekayaan hati mengajarkan kita untuk tidak memandang kekuasaan atau kedudukan sebagai ukuran kesuksesan, tetapi lebih pada bagaimana kita menjaga sikap rendah hati dan selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.
Lihatlah ke Bawah, Jangan Selalu ke Atas
Salah satu pesan yang diajarkan Rasulullah SAW adalah untuk selalu melihat ke bawah, kepada orang-orang yang mungkin lebih kurang beruntung dari kita. Rasulullah bersabda:
“Lihatlah kepada yang di bawah kalian dan janganlah kalian melihat yang di atas kalian, sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allah yang Allah berikan kepada kalian.” (HR Muslim 2963).
Ketika kita merasa sedih, ingatlah bahwa ada orang lain yang mungkin lebih menderita. Ketika kita merasa susah, ada yang keadaannya lebih sulit.
Dan ketika kita sakit, ada yang sakitnya lebih parah dari kita. Dengan sikap ini, kita bisa menjaga hati kita dari kesombongan dan lebih bersyukur atas apa yang kita miliki.
Doa untuk Keberkahan Hidup
Sebagai manusia yang lemah, kita sering kali terlupa untuk bertaubat dan memohon kepada Allah atas segala urusan kita.
Namun, marilah kita senantiasa berdoa, memohon keberkahan dalam rezeki kita, penjagaan dari segala marabahaya, serta perlindungan bagi akidah kita dan keluarga dari segala ajaran yang menyimpang.
Insya Allah, dengan menjaga hati kita dari kesombongan dan senantiasa melihat ke bawah, kita akan menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan penuh syukur.
Aamiin yaa rabbal ‘alamin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News