Ummu Salamah, Istri Nabi yang Bijaksana dan Penuh Pengorbanan
Ilustrasi foto: getty images
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Ummu Salamah, yang memiliki nama asli Hindun binti Hudzaifah bin al-Mughirah, adalah salah satu istri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang sangat dikenal karena kebijaksanaan, kesabaran, dan pengorbanannya.

Ia berasal dari suku terhormat Bani Makhzum dan memiliki latar belakang keluarga yang disegani. Ayahnya, Hudzaifah bin al-Mughirah, adalah seorang bangsawan kaya yang dijuluki “Zaad ar-Rakbi” karena kedermawanannya selama perjalanan—ia tidak pernah membiarkan seorang pun kekurangan bekal saat bersamanya.

Sifat dermawan ini turut diwarisi oleh Ummu Salamah, yang kemudian menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam.

Pernikahan dengan Abu Salamah

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Ummu Salamah adalah istri dari Abu Salamah bin Abdil Asad al-Makhzumi, seorang sahabat yang sangat dicintainya.

Abu Salamah dikenal sebagai sahabat yang dekat dengan Rasulullah, bahkan termasuk dalam kelompok pertama yang memeluk Islam.

Keduanya menikah sebelum dakwah Islam berkembang pesat, dan mereka menghadapi berbagai cobaan yang menimpa kaum Muslimin di awal periode Makkah.

Saat tekanan dari kaum Quraisy semakin kuat, mereka berdua termasuk di antara rombongan yang melakukan hijrah ke Habasyah untuk mencari perlindungan.

Di sana, Ummu Salamah melahirkan anak pertama mereka, Salamah, diikuti dengan tiga anak lainnya: Umar, Zainab, dan Durrah.

Kehidupan mereka penuh dengan perjuangan dan pengorbanan demi mempertahankan agama Islam yang baru mereka peluk.

Hijrah yang Terpisah

Ketika Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk berhijrah ke Madinah, Ummu Salamah dan Abu Salamah merencanakan perjalanan bersama. Namun, kisah hijrah mereka penuh dengan ujian yang sangat berat.

Saat Abu Salamah telah siap berangkat, keluarga Ummu Salamah menahannya dan tidak mengizinkannya pergi bersama suaminya.

Lebih dari itu, keluarga dari pihak suaminya pun datang dan mengambil anak mereka, Salamah. Ummu Salamah terpaksa tinggal di Makkah, terpisah dari suami dan anaknya.

Setiap hari, Ummu Salamah duduk di dekat bukit di luar Makkah, menangis memohon pertolongan Allah atas perpisahan dengan keluarganya.

Situasi ini berlangsung selama hampir setahun, hingga akhirnya keluarga-keluarga tersebut merasa kasihan dan mengizinkan Ummu Salamah untuk pergi menyusul suaminya.

Setelah itu, ia memulai perjalanan panjang sendirian menuju Madinah dengan penuh keberanian dan keimanan yang kokoh.

Kebersamaan dengan Rasulullah

Setibanya di Madinah, Ummu Salamah kembali bersatu dengan suaminya. Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama.

Abu Salamah terluka parah dalam Perang Uhud, dan meski awalnya ia sempat pulih, luka tersebut kembali kambuh hingga akhirnya ia wafat.

Sebelum wafat, Abu Salamah sempat berdoa, “Ya Allah, karuniakanlah untuk Ummu Salamah suami yang lebih baik dariku.”

Doa Abu Salamah ternyata dikabulkan dengan cara yang tidak pernah disangka oleh Ummu Salamah.

Beberapa sahabat besar seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab datang melamarnya setelah masa iddah-nya berakhir, namun Ummu Salamah menolak lamaran mereka.

Namun ketika Rasulullah sendiri datang melamar, Ummu Salamah merasa rendah diri. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang sudah tua, aku memiliki anak-anak yang masih kecil, dan aku memiliki sifat yang pencemburu.”

Rasulullah menjawab dengan lembut bahwa ia akan membantu mengurus anak-anaknya dan berdoa agar kecemburuan Ummu Salamah berkurang.

Akhirnya, Ummu Salamah menerima lamaran Rasulullah. Pernikahan mereka menjadi bukti betapa tingginya derajat Ummu Salamah di sisi Allah dan Rasul-Nya.

Ummu Salamah kemudian tinggal bersama Rasulullah, dan kehidupannya sebagai Ummul Mukminin penuh dengan pelajaran dan hikmah.

Keteladanan dan Kebijaksanaan

Ummu Salamah tidak hanya dikenal sebagai istri yang penuh cinta dan kesetiaan, tetapi juga sebagai wanita yang sangat cerdas dan bijaksana.

Salah satu peristiwa yang menonjolkan kebijaksanaannya adalah pada saat Perjanjian Hudaibiyah.

Ketika kaum Muslimin merasa kecewa karena tidak bisa memasuki Makkah dan pulang begitu saja setelah menandatangani perjanjian, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menyembelih hewan kurban dan bercukur.

Namun, tak seorang pun melakukannya karena rasa kecewa yang mendalam. Rasulullah pun kembali ke tendanya dan menceritakan situasi itu kepada Ummu Salamah.

Ummu Salamah dengan penuh kebijaksanaan berkata, “Wahai Rasulullah, pergilah keluar tanpa berbicara kepada mereka, sembelih hewan kurbanmu dan cukurlah rambutmu.”

Rasulullah pun mengikuti saran tersebut, dan begitu para sahabat melihat Rasulullah melaksanakan ibadah tanpa kata-kata, mereka segera mengikuti perintah tersebut.

Kebijaksanaan Ummu Salamah dalam memberikan saran kepada Rasulullah menjadi salah satu teladan penting dalam kehidupan rumah tangga dan kebersamaan dalam dakwah Islam.

Selain itu, Ummu Salamah juga dikenal sebagai salah satu perawi hadits yang terpercaya. Banyak sahabat dan ulama dari generasi tabi’in yang meriwayatkan hadits darinya.

Ia menyampaikan lebih dari 300 hadits, menjadikannya salah satu Ummul Mukminin yang sangat berperan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan agama.

Masa Tua dan Wafatnya

Ummu Salamah hidup hingga masa kekhalifahan Yazid bin Mu’awiyah. Ia menyaksikan banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam, termasuk pembunuhan cucu Rasulullah, Husain bin Ali, di Karbala.

Peristiwa ini sangat menyakitkan bagi Ummu Salamah, mengingat kedekatannya dengan keluarga Rasulullah. Tak lama setelah itu, Ummu Salamah wafat pada usia 84 tahun.

Ia adalah istri terakhir Nabi yang meninggal dunia, dan jenazahnya dimakamkan di Baqi’ bersama para sahabat lainnya.

Ummu Salamah adalah teladan dalam hal kesabaran, kebijaksanaan, dan pengorbanan. Ia tidak hanya menunjukkan cinta yang besar kepada suami dan anak-anaknya, tetapi juga memberikan sumbangsih besar kepada umat Islam melalui ilmu dan keteladanan akhlaknya. (*)

Sumber Bacaan:

  • Al-Ishabah, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani
  • Shahihus Sirah an-Nabawiyah, Ibrahim Al-‘Aly
  • Siyar A’lamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi
  • Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini