UM Surabaya

Rasulullah merasa berat untuk berpisah dengan kaumnya, dan beliau sangat menginginkan keislaman mereka.

Namun, di saat beliau dalam dilema, Allah menurunkan ayat yang menegaskan bahwa mereka berusaha memalingkan Rasulullah dari kebenaran, dan jika bukan karena hidayah Allah, beliau mungkin akan condong sedikit kepada mereka.

Imam Asy-Suyuti melanjutkan bahwa riwayat ini adalah yang paling sahih mengenai sebab turunnya ayat ini, dengan sanad yang jayyid dan didukung oleh riwayat lain yang memperkuatnya. (Lubab At-Taquul fi Asbaabi An-Nuzul, 183).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerlukan hidayah dari Allah untuk tetap teguh di atas kebenaran.

Jika Rasulullah, manusia yang paling mulia dan tanpa dosa, memerlukan petunjuk dari Allah, apalagi kita sebagai manusia biasa yang penuh dengan dosa? Hidayah bukanlah semata hasil usaha kita, melainkan anugerah besar dari Allah Ta’ala.

Maka, segala puji bagi Allah atas nikmat hidayah ini. Bayangkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Allah-lah yang menetapkan syariat, yang memberikan pahala atas ibadah yang kita lakukan, bahkan melipatgandakan pahala itu.

Allah juga telah menyiapkan surga bagi hamba-hamba-Nya yang shalih, dan Dia-lah yang memberi kita taufik serta hidayah untuk terus berbuat baik dan istikamah di jalan-Nya. Padahal, Allah tidak membutuhkan kita atau ibadah kita. Namun, kita yang memerlukan-Nya.

Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an: “Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak akan mampu menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 16).

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengira bahwa hidayah yang kita dapatkan sepenuhnya hasil dari usaha kita sendiri. Semua itu adalah rahmat dan karunia dari Allah.

Oleh karena itu, kita terus memohon kepada-Nya, sebagaimana dalam doa yang sering kita baca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah: 6).

Jadi, hidayah adalah anugerah terbesar yang harus selalu kita syukuri, dan kita harus selalu memohon petunjuk kepada Allah agar senantiasa berada di jalan yang benar.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zumar: 23:

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya sama dengan orang yang membatu hatinya untuk mengingat Allah? Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini