Hujan deras menyelimuti Masjidil Haram saat para jemaah mengelilingi Ka’bah, menciptakan momen penuh keagungan dan rahmat yang seakan menegaskan kehadiran Allah di tengah ribuan umat Islam yang khusyuk beribadah.
Di bawah guyuran hujan, suara langkah ribuan orang terdengar menyatu dengan lantunan doa yang bergema lembut, menciptakan suasana yang seakan-akan langit dan bumi sedang bertemu dalam kekhusyukan.
Ridwan Abu Bakar, dosen di Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya, menjelaskan bahwa peristiwa ini mengandung hikmah yang dalam.
Menurutnya, turunnya hujan saat tawaf bukanlah kebetulan belaka, tetapi ibarat “panggilan kasih sayang” Allah kepada hamba-Nya.
“Setiap tetes hujan membawa pesan, mengundang kita untuk lebih khusyuk, merasakan kehadiran Allah lebih dekat,” ujarnya dengan penuh takzim.
Ia menambahkan bahwa dalam suasana ini, setiap langkah semakin terasa sakral, seolah menjadi simbol pendekatan diri kepada-Nya.
Di tengah kerumunan jamaah, terlihat banyak yang menengadahkan tangan, mengucap syukur atas hujan yang datang. Ada juga yang membiarkan air hujan membasahi wajah mereka, seakan menghapus segala rasa penat dan beban hidup.
Beberapa jamaah bahkan tampak tersenyum bahagia, merasakan kedamaian yang unik di balik guyuran hujan.
Suasana ini tampak indah, menegaskan bahwa dalam kesederhanaan, Allah selalu hadir untuk memberikan ketenangan batin kepada hamba-Nya.
Ridwan menyatakan, momen hujan saat ibadah ini juga menjadi pengingat bahwa dalam setiap perjalanan spiritual umat Islam, Allah senantiasa mendampingi.
“Kehadiran hujan menguatkan hati kami, menambah keyakinan bahwa Allah selalu ada, terutama di saat-saat kita membutuhkan-Nya,” ujar pria yang juga pengurus Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur ini.
Bagi banyak jemaah, hujan ini tidak hanya membawa kesejukan fisik, tetapi juga ketenangan jiwa.
Mereka merasa bahwa hujan memberi waktu bagi mereka untuk merenungi diri, melihat lebih dalam pada niat dan tujuan hidup.
Di sisi lain, muthawif senior dari Sutra Tour and Travel ini menuturkan, suasana sejuk yang hadir berkat hujan membuat ibadah semakin khusyuk.
Menurutnya, kondisi cuaca yang bersahabat ini turut mempermudah para jamaah untuk menikmati momen tawaf dengan hati dan jiwa yang lebih tenang.
“Hujan adalah anugerah di tengah ibadah kami, karena selain mendinginkan, ia membawa ketenangan yang hanya bisa dirasakan di tanah suci,” ucapnya penuh syukur.
Ridwan juga mengingatkan betapa banyaknya umat Muslim dari berbagai belahan dunia yang bersatu di Makkah, menjalani prosesi tawaf di tengah hujan tanpa kenal lelah.
Para jemaah yang datang dari berbagai negara terlihat tetap berjalan dengan penuh keyakinan, menunjukkan keteguhan hati mereka untuk melaksanakan ibadah meski kondisi kurang nyaman.
“Ini adalah contoh nyata dari keikhlasan serta ketulusan niat seluruh umat Islam yang menyatu dalam satu tujuan, yakni mencari rida Allah,” katanya, lalu tersenyum.
Hujan yang mengguyur Ka’bah seakan menambah keagungan bangunan suci tersebut. Tetes-tetes air yang menetes dari atap Ka’bah menciptakan pemandangan yang indah dan mengingatkan jamaah pada kebesaran Allah.
Dalam pandangan Ridwan, setiap tetes hujan yang jatuh di Tanah Auci adalah karunia yang luar biasa, memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk menyucikan hati mereka, sekaligus memperdalam rasa syukur.
“Setiap ibadah di sini adalah kesempatan untuk merasakan kehadiran Allah yang begitu nyata, terutama di tengah guyuran hujan yang penuh berkah ini,” jelasnya.
Bukan hanya untuk diri sendiri, momen ibadah di tengah hujan juga memperkuat rasa persaudaraan di antara para jamaah.
Di antara kerumunan, terlihat jamaah yang saling membantu, berbagi payung, atau menepuk pundak untuk memberikan semangat kepada sesama yang mungkin kelelahan. Mereka berbagi pengalaman, tertawa, dan saling menguatkan di tengah hujan.
“Kami datang dari berbagai negara, tapi di sini kami satu, saling menjaga dan mendukung satu sama lain,” ungkap seorang jamaah asal Afrika dengan penuh haru.
Dengan segala keajaiban dan berkah yang hadir dalam momen ini, Ridwan Abu Bakar berharap para jamaah dapat membawa pulang hikmah dan pengalaman spiritual yang mendalam.
“Semoga hujan ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu bersyukur dan mendekatkan diri kepada Allah, tidak hanya saat beribadah di tanah suci, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan,” tutupnya dengan penuh harap, seakan merangkum keindahan hikmah di balik setiap tetes hujan yang jatuh di Tanah Auci. (m. roisuddin)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News