Topeng Kemunafikan: Pencitraan dalam Tinjauan Al-Qur'an
foto: pexels
UM Surabaya

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّا سِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِا للّٰهِ وَبِا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ

“Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.”

يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا  ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّاۤ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ

“Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.”

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ ۙ فَزَا دَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ۚ وَلَهُمْ عَذَا بٌ اَلِيْمٌ ۙ بِۢمَا كَا نُوْا يَكْذِبُوْنَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 8-10)

Pencitraan sebenarnya menyimpan kebohongan dan kepalsuan di dalam diri mereka atau kelompoknya karena kegagalan dan ketidakmampuan dalam menghadapi tugas tugasnya, namun demi meraih simpatik dan atensi sehingga dibuatkan dagelan dan sandiwara seakan akan dia sukses dan berhasil.

Pada hakikatnya pencitraan itu sifat sifat orang orang munafik yang sangat menjijikan untuk meraih sebuah nama seperti di zaman Rasulullah Saw ketika terjadi perang badar kaum munafik membelot demi melukai para sahabat nya.

Orang orang yang di hati nya kurang imannya dan penuh sifat buruk akan selalu berusaha untuk diberi penilaian yang baik dan penuh jasa, padahal semua itu hanya kamuflase dan pencitraan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah sering mendengar istilah betik ketitik olo ketoro.
Barang siapa yang menggali lubang maka ia akan terperosok ke dalamnya.
Para malaikat akan mencatat semua amalan manusia agar nantinya diminta pertanggungjawabannya.

Allah SWT tidak tidur dan mengawasi akan tingkah laku para hambaNya.

1. Hati hati dengan pencitraan

اِتَّخَذُوْۤا اَيْمَا نَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنَّهُمْ سَآءَ مَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan.”

ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ

Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti.”

وَاِ ذَا رَاَ يْتَهُمْ تُعْجِبُكَ اَجْسَا مُهُمْ ۗ وَاِ نْ يَّقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۗ كَاَ نَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۗ يَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۗ هُمُ الْعَدُوُّ فَا حْذَرْهُمْ ۗ قَا تَلَهُمُ اللّٰهُ ۖ اَنّٰى يُـؤْفَكُوْنَ

“Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Al-Munafiqun 63: 2- Ayat 4)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini