UM Surabaya

Hancurnya Peradaban

Berbagai kemaksiatan yang tersebar luas berakar dari hati yang keras. Hati yang mengeras dan tak memperhatikan petunjuk maka akan berujung pada pada hancurnya peradaban.

Betapa tidak, berbagai keterangan yang benar telah hadir di hadapannya namun ditolaknya. Padahal akalnya menerima, tetapi tidak menggerakkan hatinya untuk mengakuinya.

Apa yang dilakukan Fir’aun bisa dijadikan contoh sebagai pemilik hati yang keras. Datang berbagai keterangan dan penjelasan yang dibawa oleh Nabi Musa.

Utusan Allah ini datang dengan membawa keterangan agar Fir’aun berhenti dari perilaku yang kejam dan merusak tatanan. Nabi Musa sudah menunjukkan berbagai mu’jizat sebagai bukti sebagai utusan-Nya.

Tongkat berubah jadi ular, kemarau panjang, wabah kutu, belalang, katak hingga darah guna menghentikan kesombongan raja kejam.

Bukannya merendahkan diri dan menyadari kesalahannya, tetapi justru menjadikan diri bertambah bengis hingga berupaya membunuh Nabi Musa dan pengikutnya, serta melenyapkan kebenaran.

Hal ini juga terjadi pada kelompok pemuka Quraisy yang melihat bukti kebenaran Nabi Muhammad, bukannya beriman, tetapi tetap bertahan pada keyakinan jahiliahnya.

Nabi Muhammad saw sudah mengikuti mereka agar membelah bulan, hingga mu’jizat-mu’jizat lain. Alih-alih berempati, mereka justru menuduh Nabi Muhammad melakukan kebohongan dengan membuat Al-Qur’an.

Peringatan-peringatan yang ditunjukkan untuk berperilaku lembut dan santun serta mau mengikuti petunjuk Al-Qur’an.

Mereka justru angkuh dan melakukan berbagai aksi buruk hingga bertindak kejam dan bengis terhadap Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

Kaum Quraisy berani menyiksa dengan siksaan yang tidak manusiawi kepada para sahabat yang miskin dan lemah. Kekayaan dan pengikut yang banyak membuat mereka bertindak kejam dan bengis. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

َإِذَا بَطَشۡتُم بَطَشۡتُمۡ جَبَّارِينَ

“Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam.” (QS. Asy-Syu`arā :130

Al-Qur’an mengabadikan sikap buruk yang melekat pada mereka yang memiliki kekayaan dan pengikut.

Al-Qur’an mendeskripsikan bahwa mereka mudah mencela, menghambur fitnah, enggan berbuat baik, dan melampaui batas dan banyak dosa.

Mereka juga kaku kasar karena mempunyai (banyak) harta dan anak. Bahkan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah, mereka berkata sinis dan menuduh Nabi Muhammad sebagai pembawa dongengan kuno (QS. Al-Qalam : 10-15)

Nabi Muhammad datang kepada kaum Quraisy untuk menyempurnakan akhlak mereka. Alih-alih mengubah diri dengan melembutkan hatinya, mereka justru membiarkan hatinya diliputi kesombongan.

Ketika diingatkan akherat, mereka justru bangkit dan melakukan perlawanan yang sangat sengit, sebagai perilaku Fir’aun kepada Nabi Musa.

Pemuka Quraisy seperti Abu Jahal dan Abu Lahab justru melakukan pembunuhan karakter Nabi Muhammad dengan menuduh sebagai tukang sihir atau penyair ketika menunjukkan berbagai mu’jizat Al-Qur’an.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini