Lidah yang Kecil, Dampak yang Besar
foto: shutterstock
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Lidah itu kecil, namun kuasanya luar biasa. Jika kata-kata yang diucapkan membawa kebaikan, suasana di sekitar pun menjadi penuh kedamaian.

Sebaliknya, jika lidah tidak dijaga, maka kehancuran bisa terjadi di mana-mana.

Bayangkan betapa hancurnya hati ini ketika seorang kakak dengan mudahnya melontarkan kata “bodoh” kepada adiknya, dan adik itu membalas dengan “sial.”

Dari percakapan penuh kebencian itu, mulailah terbentuk rangkaian kata-kata merusak yang akhirnya menjadikan makian sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga.

Kata-kata kasar yang awalnya dianggap biasa bisa berkembang menjadi cacian yang lebih pedih. Binatang tak bersalah, seperti anjing, babi, atau beruk, menjadi sasaran kekasaran kata.

Jika makian sudah menjadi kebiasaan, kata-kata itu akan meresap ke dalam jiwa dan memengaruhi sikap serta perilaku.

Anak-anak yang dulunya patuh, bisa berubah menjadi lebih liar dan sulit dikendalikan. Teguran atau nasihat pun tak lagi digubris.

Orangtua pun tak tahan lagi, dan akhirnya kekerasan, baik dengan kata-kata atau tindakan, menjadi pilihan karena sabar sudah habis.

Akibatnya, rasa hormat dalam keluarga mulai memudar. Orang tua yang dulunya menjadi panutan malah menyakiti dengan kata-kata, sementara anak-anak kehilangan rasa hormat dan adab.

Hubungan yang seharusnya penuh kasih sayang justru menjadi renggang, hanya karena kata-kata yang tidak dijaga.

Ingatlah, mulut yang tidak terkendali bisa menjadi penyebab runtuhnya institusi keluarga. Kata-kata yang kasar tak hanya merusak fisik, tetapi juga bisa menghancurkan ikatan kekeluargaan.

Sebagaimana diingatkan dalam Surah Al-Hujurat, ayat 11:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, kerana boleh jadi mereka yang diolok-olokkan itu lebih baik daripada mereka yang mengolok-olok. Dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olokkan wanita-wanita lain, kerana boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olokkan itu lebih baik daripada wanita-wanita yang mengolok-olok. Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah memanggil dengan gelaran-gelaran yang mengandung ejekan.”

Kata-kata kasar bukan hanya menyakiti, tetapi juga meruntuhkan keharmonisan rumah tangga.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga lidah dan mengingatkan pasangan serta keluarga untuk melakukan hal yang sama.

Anak-anak selalu memerhatikan dan meniru apa yang mereka lihat dari orang tua mereka, meskipun hal-hal kecil yang terlihat sepele.

Marilah kita mulai memperbaiki kata-kata kita, agar lidah yang kecil ini dapat membawa kebaikan dan keberkahan dalam keluarga. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini