Diam yang Menguatkan: Hikmah dan Kedamaian dalam Keheningan
foto: pinterest
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Abu Adz-Dzayyal rahimahullah berkata, “Ketahuilah, dalam diam ada dua faedah:

Dengan diam, engkau dapat menolak kejahilan dari orang yang lebih jahil darimu.

Dengan diam, engkau dapat meraih ilmu dari orang yang lebih berilmu darimu.”
(Az-Zuhd Ibn Abi Ashim, hlm. 51)

Beliau juga menasihati, “Belajarlah untuk diam sebagaimana engkau belajar bicara. Karena jika bicara tidak membimbingmu, maka diam akan menjagamu.” (Jami’ Bayanil Ilmi: 1/550)

Dalam hadis, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6018, 6475 dan Muslim no. 74)

Meskipun terlihat serupa, istilah ash-shamtu dan as-sukut memiliki perbedaan makna. Ash-shamtu adalah menahan diri untuk tidak berbicara meski mampu, sementara as-sukut berarti diam tanpa berbicara, terlepas dari kemampuan.

Sifat ‘Ibadurrahman: Tawadhu’ dan Lemah Lembut Meski Mendapat Perlakuan Kasar

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al-Furqan: 63)

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu. Kesejahteraan atas dirimu. Kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil.”
(QS. Al-Qashash: 55)

Allah juga berfirman:

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara engkau dan dia ada permusuhan menjadi seperti teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)

Menjadi pribadi yang mampu diam di tengah godaan untuk merespons secara impulsif adalah sebuah kekuatan.

Sebagaimana nasihat ulama dan ayat-ayat di atas, keheningan yang penuh makna menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kedamaian, rendah hati, dan kearifan dalam bersikap. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini