*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
1. Menjaga Lisan: Kunci Kehormatan dan Keselamatan
Banyak orang meraih kehormatan karena kemampuan mereka menjaga tutur kata, namun tak sedikit pula yang menghadapi kesulitan atau bahkan kehancuran akibat perkataan mereka—termasuk di media sosial.
Menjaga lisan begitu penting, sehingga banyak petunjuk dari Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW yang mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam berbicara.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Fusilat ayat 33:
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan serta berkata sungguh-sungguh, termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fusilat: 33)
Begitu pula sabda Rasulullah SAW yang mengajarkan kita tentang pentingnya berbicara baik atau diam:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berbicara baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari)
Dalam keadaan marah, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya diam: “Bila seseorang di antara kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR. Ahmad)
Lebih lanjut, Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk tidak terlalu banyak berbicara tanpa manfaat:
“Sesungguhnya Allah melarang kalian untuk banyak bicara, membuang-buang harta, dan membenci orang yang banyak bertanya.” (HR. Asy-Syahaab)
Tidak hanya itu, Rasulullah juga mengingatkan bahwa diam bisa menjadi kebijaksanaan saat marah, dan bukan semua pujian itu tulus:
“Diam itu adalah kebijaksanaan, dan hanya sedikit orang yang bisa melakukannya.” (HR. Ibnu Hibban)
“Berhati-hatilah dalam memuji, karena itu bisa menjadi penyembelihan.” (HR. Al-Bukhari)
Seperti yang Rasulullah saw sabdakan: “Kebanyakan dosa anak Adam berasal dari lisannya.” (HR. At-Thabrani).
Bahkan, beliau mengingatkan kita tentang bahayanya lisan dalam bentuk kemunafikan:
“Yang aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pintar bersilat lidah.” (HR. Abu Ya’la)
Oleh karena itu, menjaga lisan merupakan amalan yang sangat penting dalam Islam, karena dapat membawa kita menuju keselamatan atau sebaliknya, menjerumuskan ke dalam api neraka.
2. Tetap Berusaha Menempatkan Diri: Pekerjaan Terberat dalam Kehidupan
Imam Syafi’i pernah mengungkapkan tiga pekerjaan yang sangat berat, yang juga berkaitan dengan menjaga diri kita dalam kehidupan sehari-hari:
“Dermawan dalam keadaan sempit, menjauhi dosa ketika sendirian, dan berkata benar di hadapan orang yang ditakuti.”
Bagi orang kaya, bersedekah adalah kewajiban yang mudah dilakukan, tetapi bagi mereka yang hidup dalam kesempitan, sedekah menjadi ujian yang luar biasa.
Namun, bagi semua orang, menjauhi dosa ketika sendirian adalah hal yang jauh lebih sulit, karena merasa aman dari pengawasan orang lain. Padahal, Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati setiap manusia.
Tidak hanya itu, berbicara benar di hadapan penguasa atau orang kaya terkadang menjadi hal yang sangat sulit dilakukan.
Banyak orang memilih diam atau bahkan berbohong demi menjaga kepentingannya, namun seharusnya kita selalu berkata yang benar, meski menghadapi risiko.
3. Kesimpulan: Menjaga Diri dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sahabat, semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk menjaga diri kita dari hal-hal yang nampaknya sepele namun sejatinya sangat penting dalam kehidupan ini.
Semoga kita selalu dapat istiqomah dalam beribadah meskipun di tengah ujian dan kesulitan.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah Surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Bayyinah: 7)
Semoga kita termasuk dalam golongan yang dijanjikan oleh Allah surga-Nya. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News