Setiap Akhir Malam Umar Membangunkan Keluarganya
Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam dari ayahnya, bahwa Umar bin Khattab mengerjakan salat malam begitu lama.
Hingga ketika di akhir malam, beliau membangunkan keluarganya agar melakukan salat. Dia berkata kepada mereka, “Salatlah kalian, salatlah kalian,” kemudian dia membaca ayat ini:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaahaa: 20:132)
Riwayat lain tentang ketaatan Umar dalam menjalankan salat tahajud disampaikan oleh ‘Abbas ra.
Dia berkata, “Aku pernah menjadi tetangga Umar bin Khattab ra. Selama itu, aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih utama dari Umar ra.
Malam harinya digunakan untuk mengerjakan salat, sedangkan siang harinya digunakan untuk berpuasa dan memenuhi kebutuhan masyarakat.”
Surat Beliau kepada Para Menteri dan Gubernurnya
Ketika Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu diangkat jadi khalifah (presiden), beliau langsung menuliskan surat ke berbagai daerah kekuasaan beliau, isinya adalah:
إِنَّ مِنْ أَهَمِّ أُمُورِكُمْ عِندِي الصَّلَاةُ، فَمَنْ حَفِظَهَا حَفِظَ دِينَهُ، وَمَنْ ضَيَّعَهَا فَهُوَ لِمَنْ سِوَاهَا أَضْيَعُ، وَلَا حَظَّ فِي الإِسْلَامِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ
“Sesungguhnya perkara paling penting menurut penilaianku adalah salat. Siapa saja yang menjaga salat, maka ia telah menjaga agamanya. Siapa saja yang melalaikan salat, maka untuk perkara lainnya ia lebih mengabaikan. Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan salat.” (Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa, hlm. 12).
Begitulah semestinya karakter seorang muslim, apalagi sebagai pemimpin, kepala rumah tangga, atau sebagai presiden sebuah negara.
Jika setiap pemimpin kita, termasuk presiden, gubernur, dan bupati terpilih kita, begitu peduli dengan salat, insya Allah Allah berikan kemudahan bagi mereka untuk menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya.
Namun jika sebaliknya, mereka tidak peduli dan berani mengabaikan salat yang merupakan hak Allah SWT sebagai penciptanya, maka kita sebagai rakyatnya tidak akan lama lagi akan diabaikan, bahkan akan didholimi sebagaimana pemahaman dari perkataan Umar bin Khattab di atas.
Renungkanlah perkataan Imam Ahmad – rahimahullah, Imam yang begitu getol membela sunnah-sunnah Rasulullah:
إنما حظهم من الإسلام على قدر حظهم من الصلاة ورغبتهم في الإسلام على قدر رغبتهم في الصلاة فاعرف نفسك يا عبد الله واحذر أن تلقى الله عز وجل ولا قدر للإسلام عندك، فإن قدر الإسلام في قلبك كقدر الصلاة في قلبك
“Bagian mereka dalam Islam sesuai dengan kadar bagian mereka dalam salat. Kecintaan mereka terhadap Islam sesuai dengan kadar cinta mereka terhadap salat. Koreksi dirimu, wahai hamba Allah! Takutlah engkau jika saat menghadap Allah, ternyata tidak ada nilai Islam pada dirimu. Sebab, nilai Islam pada hatimu sesuai dengan nilai salat pada hatimu juga.”
Semoga Allah SWT menganugerahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita dan khususnya para pemimpin kita untuk menjadi penegak, pengamal, dan pecinta salat. Amiin.
Perbanyak berdoa dengan doa Nabi Ibrahim alaihissalam,
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ ٤٠
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan sebagian anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku”. (Ibrahim:40)
Wallahu a’lam bisshowaab. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News