Istikamah: Jalan Lurus Menuju Rida Ilahi
foto: seekersguidance
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Istikamah adalah kata yang penuh makna, sering dimaknai sebagai keteguhan hati dan konsistensi dalam mempertahankan pendirian.

Seseorang yang istikamah tetap teguh di jalur yang lurus, tidak tergoyahkan oleh godaan yang condong ke kiri atau kanan.

Ini adalah simbol dari kemenangan batin dalam melawan hawa nafsu dan mengarahkan hidup pada ketaatan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan penghormatan besar kepada orang-orang yang beristikamah. Malaikat turun menyampaikan kabar gembira, mengusir ketakutan, dan menjanjikan surga bagi mereka yang teguh.

Firman Allah dalam QS. Al-Fussilat: 30 menjelaskan:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istikamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan berkata, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah bersedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.'” (QS. Al-Fussilat: 30)

Istikamah Sebagai Identitas Seorang Muslim

Istikamah juga ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai tanda keimanan seseorang. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi bersabda kepada Sufyan bin Abdullah:

“Ucapkanlah, ‘Aku beriman kepada Allah,’ kemudian istikamah-lah.” (HR. Muslim)

Pesan ini menunjukkan bahwa istikamah adalah fondasi penting dalam menjaga iman. Dengan istikamah, seorang muslim tidak hanya berpegang teguh pada keyakinannya, tetapi juga menjadikannya sebagai panduan dalam bersikap, berpikir, dan bertindak.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulum al-Din, istikamah adalah sikap yang mengarahkan seseorang untuk tetap pada jalan Allah tanpa terpengaruh oleh berbagai cobaan duniawi. (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Juz 1, 2004).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini