Memperingati Milad ke-112 Muhammadiyah, Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik menggelar Pengajian Ahad (1/12/ 2024) pagi di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik. Kajian kali ini mengangkat tema “Bangga Bermuhammadiyah” dengan pemateri Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Tengah.Ustaz Dr. H. Ali Trigiyatno, M. Ag.,
Pada kajian kali ini, Ustaz Ali mengajak hadiri untuk merenung dan memahami berbagai hal penting. Di antaranya adalah mengapa nasib baik sering menghampiri orang yang berbuat baik, serta kebahagiaan yang datang ketika kita bisa membahagiakan orang lain. Kajian ini juga menekankan pentingnya spirit memberi, bukan hanya sekadar menerima.
Ustaz Ali membahas hasil survei terhadap 2.500 lansia di Amerika Serikat mengenai aktivitas yang mendatangkan kebahagiaan dan kesehatan, di antaranya berhenti merokok, menjaga mobilitas, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, menghadiri majelis taklim minimal dua kali seminggu, dan berolahraga ringan, sebagaimana tercatat dalam akun Instagram @mahfudzefendi.
Sementara itu, saat mengisi kajian Dirasah Lil Zu’ama di Masjid At-Taqwa SMPM 12 GKB, Ali Trigiyatno juga menyampakan berbagai hal terkait perbedaan antara Salafi dan Muhammadiyah. Di antaranya, Salafi mudah masuk ke Muhammadiyah karena prinsip Muhammadiyah yang terbuka dan toleran.
“Ada pula kemiripan doktrin antara ajaran Salafi dan beberapa ajaran Muhammadiyah, serta ruang kosong dalam pembinaan akidah dan ibadah praktis di Muhammadiyah yang dapat dimanfaatkan,” jelasnya.
Namun, Ustadz Ali juga mengingatkan dampak-dampak negatif yang bisa merugikan Muhammadiyah, seperti, melemahnya faham Muhammadiyah, penolakan terhadap organisasi. Juga terkait dalam amaliyah Muhammadiyah, seperti penolakan zakat profesi. Ketidakharmonisan dalam jamaah, terutama terkait perbedaan pendapat mengenai zakat beras dan uang.
“Dampak lainnya seperti pengaruh gaya dakwah Salafi yang kadang menyusup dalam pengurus Muhammadiyah.Itu semua akhirnya bisa juga berdampak pada menurunnya kekompakan di berbagai tingkat organisasi Muhammadiyah,” jelasnya.
Strategi Menghadapi Salafi di Muhammadiyah
Untuk menghadapinya, Ustadz Ali memaparkan beberapa strategi yang dapat diterapkan di Muhammadiyah, antara lain: pendekatan otoritas dengan emberikan sanksi hingga Surat Peringatan (SP) kepada pihak yang menyimpang.
Selain itu, strategi yang juga tak kalah penting yakni pendekatan intelektual, yakni menanggapi pemikiran dengan pemikiran yang lebih mendalam.Juga pendekatan spiritual, yakni melibatkan doa dan ikhtiar dalam memperbaiki keadaan.
“Strategi lainnya, dan saya kira Muhammadiyah sudah akan terus melakukan yakni mencetak SDM ahli agama atau menyiapkan kader yang memahami manhaj Muhammadiyah untuk menjaga keutuhan ajaran,” jelasnya.
Di akhir kajian, Ustaz Ali menegaskan perbedaan mendasar antara Salafi dan Muhammadiyah, khususnya dalam masalah muamalah. Salafi lebih cenderung mengikuti ajaran Arab secara literal, sementara Muhammadiyah lebih mengutamakan aplikasi lokal yang sesuai dengan konteks masyarakat Indonesia.
Setelah kajian Ahad Pagi, kegiatan dilanjutkan dengan Dirasah Lil Zu’ama, khusus untuk pimpinan Muhammadiyah tingkat PRM hingga PDM Gresik. Kajian ini diadakan di Masjid At-Taqwa SMPM 12 GKB dengan tema “Titik Pisah Fiqih Salafi dan Muhammadiyah”.
Kajian ini diawali dengan sambutan dari Ustadz Anas Thohir yang membahas fenomena Muhammadiyah Salafi (MUSAL) dan pentingnya memahami perbedaan fiqih antara Salafi dan Muhammadiyah. Sambutan kedua disampaikan oleh Ustadz Thoha, Ketua PDM Gresik, yang menegaskan poin-poin penting dalam kajian ini. (muhammad jamaluddin)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News