UM Surabaya

Kemudian Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui jalur lain dari Muhammad ibnu Sulaiman ibnu Salit Al-Ansari, dari ayahnya, dari Jabir hal yang semisal.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Baihaqi di dalam kitab Dalailun Nubuwwah-nya melalui jalur Ali ibnul Madini dengan lafaz yang sama.

وَقَدْ رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ أَيْضًا مِنْ حَدِيثِ أَبِي عُبَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ، وَهُوَ عِيسَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا] قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِجَابِرٍ: “يَا جَابِرُ، أَلَّا أُبَشِّرُكَ؟ قَالَ: بَلَى. بَشَّرَكَ اللَّهُ بِالْخَيْرِ. قَالَ شَعَرْتُ أنَّ اللهَ أحْيَا أَبَاكَ فَقَالَ: تَمَنَّ عَلَيَّ عَبْدِي مَا شِئْتَ أُعْطِكَه. قَالَ: يَا رَبِّ، مَا عَبَدْتُكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ. أتَمَنَّى عَلَيْكَ أنْ تَرُدَّنِي إلَى الدُّنْيَا فَأُقَاتِلَ مَعَ نَبِيَّكَ، وأُقْتَلَ فِيْكَ مَرَّةً أُخْرَى. قَالَ: إنَّهُ سَلَفَ مِنِّي أنَّهُ إلَيْهَا [لَا] يَرْجعُ”

Imam Baihaqi meriwayatkan melalui hadis Abu Ubadah Al-Ansari, yaitu Isa ibnu Abdullah, insya Allah, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda kepada Jabir: “Hai Jabir, maukah engkau aku kabarkan berita gembira? Jabir menjawab, “Tentu saja mau, semoga Allah mengabarkan kebaikan kepadamu.” Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda, “Aku merasakan bahwa Allah menghidupkan ayahmu, lalu berfirman, ‘Mintalah kepada-Ku apa yang kamu inginkan, hai hamba-Ku, niscaya Aku memberikannya kepadamu.’ Ayahmu menjawab, “Wahai Tuhanku, aku belum pernah beribadah kepada-Mu dengan ibadah yang sesungguhnya, aku memohon kepada-Mu sudilah kiranya Engkau mengembalikan diriku ke dunia, maka aku akan berperang bersama Nabi-Mu dan gugur dalam membela agama-Mu sekali lagi.’ Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, ‘Sesungguhnya telah ditetapkan oleh-Ku bahwa tiada seorang pun (yang telah mati) dikembalikan lagi ke dunia’.”

Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ فُضَيْل الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “الشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهَرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ، فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ، يَخْرُجُ عَلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنْ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَعَشِيًّا”.

Dinyatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ya’qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Fudail Al-Ansari, dari Mahmud ibnu Labid, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda: Orang-orang yang mati syahid berada di tepi sungai yang ada di pintu surga, padanya terdapat kubah hijau, rezeki mereka dikeluarkan dari dalam surga setiap pagi dan petang.

Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri. Tetapi telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Juraij, dari Abu Kuraib yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sulaiman dan Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ishaq dengan lafaz yang sama. Sanadnya dinilai jayyid.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seakan-akan para syuhada itu terdiri atas berbagai macam. Di antara mereka ada yang arwahnya terbang dengan bebas di seantero surga, ada pula yang tinggal di tepi sungai yang ada di pintu surga.

Akan tetapi, dapat diinterpretasikan bahwa perjalanan mereka berakhir di sungai ini, lalu mereka berkumpul di tempat tersebut dan menyantap rezeki mereka di tempat itu, setelah itu mereka berangkat lagi.

Telah diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Musnad Imam Ahmad sebuah hadis yang isinya mengatakan berita gembira bagi setiap mukmin, bahwa rohnya berada di dalam surga dan terbang dengan bebas di dalam surga, memakan buah-buahan, dan melihat-lihat keindahan yang ada di dalamnya yang hijau segar. juga kegembiraan yang meliputi suasananya, serta menyaksikan kemuliaan yang telah disediakan oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) buat dirinya. Sanad hadis ini sahih, jarang ada, lagi mengandung hal yang besar. Di dalam sanadnya terdapat tiga orang Imam dari empat orang Imam yang menjadi panutan. Karena sesungguhnya Imam Ahmad meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Idris Asy-Syafii rahimahullah, dari Malik ibnu Anas Al-Asbahi rahimahullah, dari Az-Zuhri Abdur Rahman ibnu Ka’b ibnu Malik, dari ayahnya r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda:

«نَسَمَةُ الْمُؤْمِنِ طَائِرٌ يَعْلُقُ فِي شَجِرِ الْجَنَّةِ حَتَّى يُرْجِعَهُ اللَّهُ إِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ»

Jiwa orang mukmin merupakan burung yang bergantungan di pepohonan surga sebelum Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari Allah membangkitkannya.

Sabda Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) yang mengatakan, “Yu’alliqu,” artinya bergantungan. Makna yang dimaksud ialah memakan buah-buahan surga. Dari hadis ini disimpulkan bahwa roh orang mukmin itu dalam bentuk burung di dalam surga.

Adapun mengenai arwah para syuhada, seperti yang disebut di atas, berada di dalam perut burung hijau. Perihalnya sama dengan bintang-bintang bila dibandingkan dengan arwah orang mukmin secara umum, karena sesungguhnya arwah orang mukmin terbang dengan sendirinya. Kami memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi anugerah, semoga Dia mematikan kami dalam keadaan beriman.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

فَرِحِينَ بِما آتاهُمُ اللَّهُ

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka. (Ali Imran: 170), hingga akhir ayat.

Dengan kata lain, orang-orang yang mati syahid di jalan Allah itu hidup di sisi Tuhan mereka, sedangkan mereka dalam keadaan gembira karena kenikmatan dan kebahagiaan yang mereka peroleh. Mereka merasa gembira dan amat bangga kepada saudara-saudara mereka yang masih tetap berperang di jalan Allah sesudah mereka; mereka telah mendahuluinya, dan bahwa mereka yang belum sampai tidak usah takut dalam menghadapi apa yang ada di depan mereka dan tidak usah bersedih hati atas apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka nanti. Kami memohon surga kepada Allah.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan mereka bergirang hati. (Ali Imran: 170) Artinya, mereka merasa bahagia bila ada di antara saudara-saudara —mereka yang berjihad menyusul mereka, agar ia ikut merasakan pahala yang dianugerahkan oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) kepada mereka.

As-Saddi mengatakan bahwa disampaikan kepada orang yang telah mati syahid sebuah kitab yang di dalamnya bertuliskan ‘akan datang kepadamu si Fulan pada hari anu dan hari anu, dan akan datang kepadamu (menyusulmu) si Fulan pada hari anu dan hari anu’. Maka ia merasa gembira dengan berita tersebut sebagaimana penduduk dunia yang gembira bila bersua dengan orang yang telah lama berpisah darinya.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini