Dalam kunjungannya ke Muhammadiyah Green School (MGS) Yogyakarta pada Sabtu (30/11/2024), Prof. Din Syamsuddin memberikan apresiasi yang tinggi atas inisiatif mendirikan lembaga pendidikan berbasis lingkungan ini. Ia menekankan bahwa konsep “green” yang diusung MGS bukan sekedar tren semata, melainkan sebuah upaya konkret untuk menghormati dan melestarikan alam sebagai mitra hidup manusia.
“Saya siap menjadi penasihat MGS ini karena konsep yang diusung merupakan konsep sangat penting bahkan darurat untuk diterapkan secara kongkrit dalam lembaga pendidikan bagi pemuliaan lingkungan (Takrim al-Bii’ah),” katanya.
Prof. Din Syamsuddin melihat MGS sebagai lembaga pesantren yang unik dan menarik bagi pembentukan ilmuwan-ilmuwan muslim yang pada awal peradaban Islam menjadi penggerak penting bagi peradaban Islam.
MGS sekaligus juga melengkapi keberadaan pesantren-pesantren yang telah ada di Muhammadiyah dengan nama MBS atau Muhammadiyah Boarding School. Dengan fokus pada pendidikan lingkungan dan keberlanjutan, MGS menawarkan dimensi baru dalam pendidikan Islam yang semakin relevan dengan tantangan zaman.
Nama “Muhammadiyah Green School”, baginya, sudah sangat baik dan memiliki daya tarik tersendiri. Nama ini cukup singkat, mudah diingat, dan mencerminkan identitas lembaga pendidikan tersebut.
Prof Din Syamsudin juga menyoroti pentingnya konsep “respektasi” terhadap alam yang diusung oleh MUI dan Muhammadiyah. Menurutnya, alam bukan hanya sekadar sumber daya yang harus dieksploitasi, melainkan mitra hidup manusia yang harus dihormati dan dijaga kelestariannya. Karena itu, ia berharap MGS dapat memiliki visi dan misi yang besar, yaitu mencetak ilmuwan muslim yang berkualitas.
Memang, ia menyayangkan minimnya minat generasi muda untuk menekuni ilmu pengetahuan, padahal peradaban Islam pernah mencapai puncak kejayaannya berkat kontribusi para ilmuwan muslim.
“Saya menyadari tidak sedikit orang tua yang ragu untuk mendorong anak-anaknya menjadi ilmuwan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengubah persepsi masyarakat tentang profesi ilmuwan dan memberikan motivasi yang lebih kuat bagi generasi muda untuk mengejar cita-cita tersebut,” ujarnya.
Dengan demikian, kehadiran MGS diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan tersebut dan melahirkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan kemanusiaan.
Sementara itu, penggagas dan pengasuh MGS Ghoffar Ismail, di tahun 2024/2025, pihaknya telah melaksanakan pendidikan dengan 1 kelas putri. Pada tahun 2025/2026 MGS menerima 2 kelas, yaitu 1 kelas putra dan 1 kelas putri.
Dengan berbasis tauhid dan pendekatan multiple intelligances (kecerdasan majemuk), lanjut Ghoffar, MGS sangat diharapkan melahirkan para ilmuwan muslim dari rahim Muhammadiyah dengan kemampuan tahfidz dan tafhim al-Qur’an minimal 10 juz, skill berbahasa Arab dan Inggris dan mengembangkan teknologi terbarukan. (ghoffar ismail)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News