Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur memperkenalkan dua inisiatif strategis dalam forum Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah yang digelar di Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 3–6 Desember 2024.
Ketua PWM Jawa Timur Dr. dr. Sukadiono, MM, menjelaskan bahwa program prioritas tersebut adalah pembangunan Pondok Pesantren Internasional Abdul Malik Fadjar (PPI AMF) di Karangploso, Malang, dan pendirian rumah sakit premium di kawasan Surabaya Timur.
“Pondok pesantren sudah rampung dibangun dan mulai beroperasi, sedangkan rumah sakit premium saat ini sedang menjalani studi kelayakan,” ungkap Sukadiono, pada Selasa (3/12/2024).
PPI AMF kini telah menerima santri baru. Proyek ini merupakan langkah Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan dengan standar internasional.
PPI AMF berdiri di atas lahan seluas 1,1 hektar. Dibeli Universitas Muhammadiyah (UMM) seharga Rp 55 miliar. Secara appraisal, pondok pesantren itu nilainya kurang lebih Rp 120 miliar.
UMM kemudian menyerahkan aset tersebut kepada PWM Jatim pada 11 November 2023. Empat bulan setelah pembelian pondok, PWM Jatim melaunching PPI AMF.
Sementara itu, rumah sakit premium yang direncanakan berlokasi di kawasan strategis dekat Bandara Juanda bertujuan menyediakan fasilitas kesehatan modern bagi masyarakat.
“Sekarang pada tahab feasibility study (studi kelayakan). Lokasi di Juanda dipilih karena aksesibilitasnya yang tinggi,” jelas Sukadiono.
PWM Jawa Timur juga melaporkan kemajuan berbagai program kerja majelis dan lembaga, yang disebut telah mencapai 80 persen. Laporan ini akan diserahkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk evaluasi lebih lanjut.
Delegasi PWM Jatim bertolak dari Bandara Juanda dan tiba di Kupang dengan membawa 12 anggota pimpinan. Tim ini mencakup Hidayatullah, Nazaruddin Malik, Syamsudin, Moh Sulthon Amien, M. Sasmito Djati, Muh Khoirul Abduh, Hidayatur Rahman, Thohir Luth, dan Zainul Muslimin.
PWM Jatim menegaskan pentingnya kolaborasi antara Muhammadiyah dan pemerintah. Sukadiono menyoroti prinsip kerja sama yang berlandaskan “wata’awanu alal birri wattaqwa” sebagai dasar menciptakan kebijakan yang bermanfaat luas.
“Kami optimistis sinergi ini dapat terus ditingkatkan, sehingga Muhammadiyah dapat memberikan kontribusi nyata dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat,” tutup Sukadiono. (wh)