*)Oleh: Zainal Arifin, S.Pd
Anggota Korps Mubaligh Muhammadiyah Kabupaten Sampang
Sebagai muslim yang sadar akhirat, tentu kita berharap bisa memiliki banyak bekal menuju akhirat.
Namun, amal manusia dibatasi dengan usianya. Karena ketika dia mati, maka seluruh amalnya terputus.
Namun meski kita telah meninggal dunia, Allah Mencatat amal perbuatan manusia selama di dunia berikut dasar, efek dan pengaruhnya.
Allah menjelaskan dalam al-Qur’an bahwa Dia tidak hanya mencatat amal perbuatan yang kita lakukan, namun Allah juga mencatat semua pengaruh dan dampak dari perbuatan yang pernah kita lakukan.
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami yang menghidupkan orang mati, Kami catat semua yang telah mereka lakukan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. (QS. Yasin [36]: 12)
Ayat di atas menegaskan bawah Allah akan mencatat bentuk amal yang dikerjakan manusia dan berikut pengaruh dari amal itu. Jika baik, maka dicatat sebagai kebaikan. Dan jika buruk dicatat sebagai keburukan.
Imam Bukhari meninggal pada tahun 256 H, di usia 62 tahun. Usia penulisnya hanya 60-an tahun, tetapi Kitab Shahih Bukhari usianya lebih dari 1190 tahun.
Begitu pula dengan Imam Nawawi, ulama allamah terkenal dari kalangan madzhab Syafii ini berusia 45 tahun, wafat pada tahun 676 H, namun kitab-kitab karya beliau hingga saat ini dibaca, ditelaah dan menjadi sebab kebaikan bagi manusia. Seakan saat ini beliau berusia 770 tahun.
Itulah umur yang kedua mereka para penebar kebaikan. Umur dimana manusia telah tiada, namun pahala amal tetap bertahan dan tidak putus.
Mereka hidup dengan karyanya, meskipun jasadnya telah menyatu dengan tanah.
Ilmu memang merupakan karunia Allah yang begitu berharga, semakin diajarkan dan disebarkan maka semakin bertambah kebaikannya.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,
من أحب أن لا ينقطع عمله بعد موته، فلينشر العلم
“Barang siapa ingin (pahala) amalannya tidak terputus setelah kematiannya, hendaknya ia menyebarkan ilmu (agama).” (At Tadzkirah fil Wa’zhi, hlm. 55)
Inilah hidup berkah yang sebenarnya, yaitu jika kebaikan kita lebih panjang dari usia kita. Semakin panjang usia amal kita, semakin panjang pula peluang masa untuk mendapatkan pahala. Karena hakikat dari umur adalah waktu yang mendatangkan pahala.
Mulailah Berpikir Merencanakan Umur yang Kedua
Sebagai bentuk rahmat Allah kepada hambaNya, ada beberapa amal yang pahalanya terus mengalir, sekalipun pelakunya telah meninggal dunia.
Meskipun kita bukan seorang ulama namun kita bisa mewujudkan umur kedua yang penuh berkah dan pahala yang terus dapat kita nikmati.
Ada beberapa amal shalih yang pahalanya terus mengalir (amal jariyah) kepada pelakunya meski ia telah meninggal dunia, sebagaimana informasi dari Rasulullah Saw berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:
1. Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.
2. Anak saleh yang ia tinggalkan.
3. Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan.
4. Masjid yang ia bangun.
5. Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun
6. Sungai yang ia alirkan.
7. Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.
8. Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.”
(HR. Ibnu Majah, no. 242; Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan oleh Al-Mundziri)
Perhatian Muhammadiyah terhadap Wakaf
Diantara amal jariyah yang sangat agung dalam Islam adalah wakaf. Ibadah ini menjadi perhatian dan konsen Muhammadiyah sejak organisasi ini didirikan. Pimpinan, warga dan simpatisan didorong dan diedukasi untuk berlomba-lomba mewakafkan harta benda yang dimilikinya.
Oleh karenanya dibentuklah Majelis Wakaf dan Kehartabendaan.
Majelis ini merupakan sebuah badan atau lembaga yang berperan penting dalam mengelola harta wakaf dan kehartabendaan di organisasi Muhammadiyah.
Kini, AUM dengan ribuan sekolah dan rumah ibadah, ratusan rumah sakit, klinik dan panti asuhan Muhammdiyah semakin masif memberikan kontribusinya kepada masyarakat melalui wakaf atau hibah yang diterimanya.
Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan karena ternyata Ibadah wakaf memiliki banyak manfaat bagi pelaku dan orang lain, diantaranya:
a. Pahala yang diterima pewakaf akan terus mengalir, bahkan setelah ia meninggal dunia.
b. Harta benda yang diwakafkan tidak bisa hilang atau berpindah tangan.
c. Manfaat wakaf dapat dirasakan oleh banyak orang, bahkan lintas generasi.
d. Wakaf dapat membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan, seperti fakir miskin, anak yatim, janda, dan orang yang tidak punya pekerjaan.
e. Wakaf dapat membantu membentuk kepedulian sosial, baik secara sosial maupun spiritual. Sekaligus wakaf dapat membantu memperbaiki taraf hidup orang-orang yang kurang beruntung.
Bersyukurlah saat hidup kita mampu beramal saleh khususnya yang bernilai jariyah. Hal ini berarti kita telah berusaha merencanakan kebaikan di umur kedua kita.
اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ والحمد لله رب العالمين
“Ya Allah, bimbinglah jalan kami pada jalan ketaatan kepada-Mu, sempurnakanlah kekurangan kami, terimalah ibadah kami. Sungguh, Kau maha mendengar lagi mengetahui.”
Wallahu A’lam Bisshawab.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News