*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Kalian wajib jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Jika seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai seorang yang selalu jujur.
Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim, no. 105/2607)
Hadis ini menegaskan bahwa kejujuran adalah salah satu karakter mulia yang membawa seseorang pada jalan kebajikan dan akhirnya menuju surga.
Sebaliknya, dusta adalah pintu gerbang kemaksiatan yang menyeret pelakunya ke neraka.
Keutamaan Kejujuran
Dalam Islam, jujur (ash-shidq) adalah menyampaikan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Kejujuran tidak hanya diwajibkan dalam ucapan tetapi juga dalam perbuatan dan niat.
Keutamaan ini sangat dihargai hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebut orang yang senantiasa jujur sebagai shiddiq, sebuah gelar kehormatan di sisi Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
Ayat ini menunjukkan pentingnya bergaul dengan orang-orang yang jujur karena sifat tersebut mendukung ketakwaan dan keimanan seseorang.
Bahaya Dusta
Sebaliknya, dusta (al-kadhib) adalah menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menempatkan dusta sebagai salah satu dosa besar. Bahkan, beliau bersabda:
“Dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa, dan berkata dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa dusta sejajar dengan dosa-dosa besar seperti syirik dan pembunuhan. Kedustaan tidak hanya merusak hubungan manusia dengan Allah tetapi juga hubungan sesama manusia.
Allah juga memperingatkan dalam Al-Qur’an bahwa dusta menghalangi seseorang dari hidayah-Nya:
“Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.”
(QS. Ghafir: 28)
Dan Allah menyebut para pendusta sebagai orang yang celaka:
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, yaitu orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai.” (QS. Adz-Dzariyat: 10-11)
Dampak Buruk Dusta
- Dicatat sebagai Pendusta oleh Allah
Seseorang yang terus berdusta akan ditetapkan di sisi Allah sebagai pendusta, yang merupakan kehinaan abadi di dunia dan akhirat.
- Menghalangi Hidayah
Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang yang terbiasa berdusta, sehingga ia terus berada dalam kesesatan.
- Kehancuran Moral dan Sosial
Kedustaan merusak kepercayaan dalam hubungan sosial dan menjadi pemicu konflik.
- Celaka di Akhirat
Orang yang berdusta akan merasakan azab pedih di akhirat karena dosanya menjadi pemberat di neraca amal.
Kejujuran adalah inti dari iman, sedangkan dusta adalah tanda kemunafikan. Oleh karena itu, hendaknya setiap Muslim menjauhi segala bentuk kedustaan, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun sikap. Sebagaimana disebutkan dalam hadis:
“Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan apabila dipercaya dia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang jujur dan terhindar dari sifat dusta yang membawa pada kebinasaan. Aamiin. (*)
Referensi:
Shahih Muslim, No. 105/2607.
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim (tentang dosa besar).
Tafsir Ibnu Katsir, QS. Ghafir: 28 dan Adz-Dzariyat: 10-11.
Riyadhus Shalihin, Bab Kejujuran.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News