*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Seorang hamba harus mengenal Rabb-nya, agar cinta kepada Allah tumbuh dalam hati, dan Allah pun mencintainya.
Salah satu sifat Allah yang perlu kita ketahui adalah bahwa kasih sayang Allah kepada hamba-Nya jauh melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Bayangkan kasih sayang seorang ibu yang tak tertandingi di dunia ini. Namun, kasih sayang Allah jauh lebih besar dan sempurna dibandingkan itu semua.
Rasulullah saw menggambarkan hal ini dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ:
❝Rasulullah saw kedatangan rombongan tawanan perang. Di antara mereka, ada seorang ibu yang mencari bayinya. Ketika dia menemukan bayinya, ia memeluknya erat-erat dan menyusuinya.
Rasulullah saw bertanya kepada kami, ‘Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?’
Kami menjawab, ‘Tidak mungkin, demi Allah. Dia pasti tidak akan melakukannya.’
Rasulullah saw bersabda: ‘Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.’ ❞ (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika seorang ibu saja tidak tega mencampakkan anaknya, maka Allah tentu lebih tidak tega lagi mencampakkan hamba-Nya ke dalam neraka.
Namun, bagaimana mungkin Allah menyayangi hamba yang lari menjauh dari-Nya, tidak mengenal-Nya, dan mengabaikan agama-Nya?
Allah memerintahkan kita untuk mengenal-Nya dan berlari menuju-Nya:
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ
“Maka segeralah berlari menuju Allah. Sungguh, aku (Rasul) adalah pemberi peringatan yang nyata dari-Nya bagi kalian.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 50)
Namun, jangan sampai tertipu oleh kasih sayang Allah sehingga kita lalai. Allah juga memiliki sifat yang lain, yaitu azab-Nya yang pedih bagi mereka yang melanggar perintah-Nya:
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ . وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” (QS. Al-Hijr: 49-50)
Rasulullah saw juga bersabda:
❝Andaikan seorang mukmin mengetahui azab yang disediakan Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang berharap bisa masuk surga-Nya. Dan seandainya seorang kafir mengetahui kasih sayang Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang berputus asa dari rahmat-Nya. ❞ (HR. Muslim)
Hati-Hati dengan Istidraj
Kenikmatan yang terus diberikan kepada hamba yang tidak mengenal Allah bisa menjadi bentuk istidraj. Istidraj adalah jebakan berupa kenikmatan duniawi yang diberikan kepada seorang hamba agar ia terus larut dalam kemaksiatan hingga datang azab-Nya.
Rasulullah saw bersabda:
❝Bila engkau melihat Allah memberi seorang hamba dari perkara dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan) dari Allah. ❞ (HR. Ahmad)
Allah juga berfirman mengenai makar-Nya:
أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Tiada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 99)
Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Qar’awi menjelaskan bahwa makar Allah adalah istidraj berupa kenikmatan yang diberikan kepada pelaku maksiat.
Mereka tidak sadar bahwa nikmat itu adalah bagian dari murka Allah yang akan menimpanya di akhirat kelak.
Mengukur kasih sayang Allah adalah dengan mengenal Allah, menaati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Jangan sampai terlena dengan kenikmatan dunia yang bisa jadi adalah jebakan istidraj.
Jadikan kasih sayang Allah sebagai motivasi untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya, sembari mengingat azab-Nya yang pedih sebagai peringatan agar tidak lalai.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang mengenal dan mencintai-Nya. Aamiin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News