Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, mengungkapkan pandangannya mengenai pendekatan tafsir transformatif pada Konferensi Mufasir Muhammadiyah II yang diadakan di Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (UHAMKA), Jakarta, pada Jumat (13/12/2024).
Mu’ti menjelaskan bahwa Al-Qur’an bukan hanya “petunjuk hidup” (guide for living), tetapi juga “petunjuk yang selalu hidup” (living guide), yang dinamis dan relevan sepanjang waktu.
“Dalam konteks maqasid, Al-Qur’an adalah petunjuk untuk umat manusia, yang harus dipahami oleh seluruh umat manusia. Karena petunjuk ini bersifat terbuka dan memberikan ketenangan spiritual, Al-Qur’an tidak hanya menjadi guide for living, tetapi living guide,” ujar Abdul Mu’ti.
Mu’ti menjelaskan bahwa pemahaman ini mendorong umat Islam untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan yang selalu hidup dan berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Ia juga mengingatkan bahwa tantangan modernisasi sering kali memicu upaya rasionalisasi atau saintifikasi Al-Qur’an yang kadang tidak dapat dibuktikan secara empiris. Namun, ia menegaskan bahwa ini tidak membuat Al-Qur’an menjadi salah.
“Banyak yang berusaha melakukan rasionalisasi atau saintifikasi terhadap Al-Qur’an. Jika dilakukan dan tidak terbukti, apakah Al-Qur’an menjadi salah? Jika bukti arkeologis tidak ditemukan, apakah itu berarti Nabi Adam tidak ada? Inilah kekurangan dalam upaya saintifikasi Al-Qur’an,” tegasnya.
Abdul Mu’ti kemudian memberikan contoh pendekatan tafsir transformatif yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.
Tafsir Al-Ma’un, menurutnya, telah menjadi dasar bagi gerakan sosial seperti pendirian rumah sakit dan panti asuhan. Ia juga menekankan pentingnya tafsir ini dalam menciptakan pendidikan berkualitas untuk membangun bangsa yang beriman dan berilmu.
Mu’ti juga mengangkat ayat-ayat Al-Qur’an yang menginspirasi inovasi teknologi dan kemajuan transportasi. Ia menyebutkan contoh perintah untuk memperhatikan burung-burung yang terbang sebagai inspirasi dalam menciptakan kendaraan udara modern.
“Perintah untuk menjelajah bumi mendorong kita untuk menciptakan alat transportasi yang canggih,” jelasnya.
Melalui tafsir transformatif, Abdul Mu’ti berharap Al-Qur’an dapat menjadi pendorong kemajuan umat dalam aspek material dan spiritual.
“Kemakmuran material saja tidak cukup untuk mencapai kemajuan, tetapi harus disertai dengan kemakmuran spiritual,” tutupnya.
Pemaparan Abdul Mu’ti dalam konferensi ini menekankan bahwa tafsir Al-Qur’an tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga aplikatif, mampu memenuhi kebutuhan masyarakat modern tanpa menghilangkan nilai-nilai universalnya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News