*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu berkata: “Orang yang suka riya (pamer dan tidak ikhlas dalam beramal) memiliki tiga tanda, yaitu:
- Apabila sendirian, ia menjadi pemalas.
- Apabila berada di tengah orang-orang, ia semakin bertambah semangat.
- Dia meningkatkan amalnya jika dipuji, namun mengurangi amalnya jika dicela orang.”
[Lihat Al-Kabaa’ir, karya Imam Adz-Dzahabi, hal. 145]
Riya adalah dosa besar yang sering kali tersembunyi dalam hati. Salah satu dampaknya yang paling berbahaya adalah menggugurkan pahala amal kebaikan.
Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan sabda Allah Ta’ala:
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, dia menyekutukan selain Aku bersamaKu pada amalan itu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya.”
[HR. Muslim, no. 2985]
Riya adalah bentuk syirik kecil yang dapat merusak ikhlas dalam beribadah. Perbuatan ini tidak hanya membatalkan pahala amal, tetapi juga membawa seseorang menjauh dari keridhaan Allah.
Oleh karena itu, kita diajak untuk selalu menjaga kebersihan hati dan meluruskan niat dalam beribadah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan doa berikut untuk meminta perlindungan dari bahaya riya:
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئاً نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُهُ
“Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampunan kepada-Mu dari apa yang kami tidak ketahui.” (HR. Ahmad)
Mari kita berusaha menjaga hati agar tetap ikhlas dalam beramal. Hanya amal yang dikerjakan dengan niat tulus karena Allah yang akan diterima.
Semoga Allah memudahkan kita untuk menjauhi riya dan memberikan keikhlasan dalam setiap langkah kita. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News
