Hadapi Kejahatan dengan Kebaikan untuk Kehidupan Harmonis di Dunia dan Akhirat
foto: stocksy
UM Surabaya

*) Oleh: Farid Firmansyah, M.Psi,
Anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur

Artikel ini mengulas bagaimana kita bisa mengisi hidup dengan kedamaian dan mencapai kebahagiaan abadi melalui ajaran Islam dan prinsip psikologi positif.

Salah satu konsep yang diajarkan dalam Al-Qur’an adalah menanggapi kejahatan dengan kebaikan, seperti yang tertera dalam QS. Ar-Ra`d: 22:

وَٱلَّذِينَ صَبَرُواْ ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِمۡ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنۡفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ وَيَدۡرَءُونَ بِٱلۡحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عُقۡبَى ٱلدَّارِ

“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhan-Nya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. Ar-Ra`d: 22)

Ajaran ini bukan hanya terdapat dalam kajian moral dan agama, tetapi juga memiliki landasan kuat dalam psikologi.

Dari perspektif psikologis, perilaku ini mencerminkan kemampuan pengendalian diri, regulasi emosi, dan penerapan psikologi positif dalam interaksi sosial.

Pengendalian Diri (Self-Control)

Pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, dan perilaku dalam menghadapi godaan atau dorongan yang bisa berujung pada tindakan impulsif atau destruktif.

Dalam konteks menanggapi kejahatan dengan kebaikan, pengendalian diri memungkinkan seseorang untuk menahan reaksi negatif dan memilih tindakan positif.

Ini melibatkan pengaturan proses fisik, psikologis, dan perilaku, yang memungkinkan seseorang tetap tenang dalam situasi yang penuh tekanan.

Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah kemampuan untuk mengelola dan merespons pengalaman emosional dengan cara yang sehat.

Ketika seseorang diperlakukan buruk, emosi seperti marah atau frustrasi mungkin muncul. Namun, kemampuan untuk meredakan diri, memahami sumber emosi, dan merespons dengan cara yang konstruktif adalah indikator regulasi emosi yang baik.

Hal ini memungkinkan individu untuk menanggapi situasi dengan tenang dan mencegah eskalasi konflik.

Kekuatan Kebaikan

Membalas kejahatan dengan kebaikan bukan hanya baik bagi kesehatan mental kita, tetapi juga memiliki dampak positif pada hubungan sosial.

Dalam psikologi positif, kebaikan dipandang sebagai kekuatan karena dapat membantu individu menghadapi tantangan hidup.

Kebaikan meningkatkan kesejahteraan emosional dan mental, meningkatkan harga diri, serta memperkuat hubungan sosial.

Tindakan kebaikan dapat mengejutkan pelaku kejahatan, mendorong mereka untuk melakukan refleksi diri, bahkan merubah perilaku negatif mereka.

Dalam banyak kasus, kebaikan dapat memutus siklus balas dendam dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.

Dengan memperlakukan orang yang menyakiti kita dengan baik, kita tidak hanya menahan amarah tetapi juga berpotensi mengubah musuh menjadi teman.

Strategi Menerapkan Kebaikan dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut beberapa strategi untuk menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari:

1. Latihan Mindfulness:
Melalui salat lima waktu berjamaah yang dilakukan dengan khusyuk, kita bisa meningkatkan kesadaran diri dan mengenali emosi negatif sebelum merespons.

2. Reframing Kognitif:
Mengubah cara pandang terhadap situasi negatif dengan mencari hikmah atau pelajaran positif yang bisa dipetik akan mengurangi dampak emosional dari pengalaman tersebut.

3. Berempati:
Mengusahakan untuk memahami perspektif dan motivasi orang lain bisa membantu kita merespons dengan kebaikan daripada kemarahan.

4. Latihan Pengendalian Diri:
Melatih diri untuk menunda respons impulsif dan mempertimbangkan konsekuensi tindakan dapat meningkatkan kemampuan kita untuk membalas kejahatan dengan kebaikan.

5. Modifikasi Perilaku:
Menerapkan self-control dalam perubahan perilaku memungkinkan kita untuk lebih siap menghadapi tantangan hidup dengan respon yang lebih bijaksana, yang akhirnya membawa kesejahteraan pribadi dan sosial.

Dengan mengintegrasikan konsep menanggapi kejahatan dengan kebaikan dalam kehidupan kita, kita tidak hanya menciptakan kehidupan yang lebih damai dan harmonis di dunia ini, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kebahagiaan di akhirat.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, orang-orang yang sabar dan menanggapi kejahatan dengan kebaikan akan mendapatkan tempat yang baik di sisi-Nya.

Melalui pengendalian diri, regulasi emosi, dan penerapan prinsip psikologi positif dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat meraih kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini