*) Oleh: Farid Firmansyah, M.Psi,
Anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur
ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا ۖ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٞ وَمِنۡهُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu, Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, ada yang pertengahan, dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Fāţir: 32)
Prokrastinasi Spiritual: Ketika Pilihan Menentukan Takdir
Manusia diberi akal, hati, dan kehendak bebas oleh Allah sebagai bekal untuk menjalani kehidupan yang penuh pilihan.
Dalam QS. Fāţir: 32, warisan wahyu berupa Al-Qur’an menjadi tanggung jawab besar yang harus dimanfaatkan secara bijak.
1. Orang yang Menganiaya Diri Sendiri (ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ)
Golongan ini cenderung mengabaikan potensi diri dengan terus terjerat dalam dosa atau kelalaian. Fenomena ini sering disebut sebagai prokrastinasi spiritual—menunda untuk bertobat atau memperbaiki diri karena merasa masih memiliki waktu.
Lingkungan buruk dan lemahnya pengendalian diri menjadi faktor utama yang menjauhkan mereka dari petunjuk Al-Qur’an.
2. Orang yang Pertengahan (مُّقۡتَصِدٞ)
Mereka menjalankan kewajiban agama, tetapi belum optimal. Konflik antara godaan duniawi dan kesadaran spiritual membuat mereka berada dalam zona nyaman.
Golongan ini memiliki komitmen parsial, hanya memenuhi kewajiban dasar tanpa inisiatif untuk meningkatkan kualitas ibadah atau berdakwah.
3. Orang yang Berlomba-Lomba dalam Kebaikan (سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ)
Golongan ini adalah yang terbaik. Mereka secara aktif memanfaatkan wahyu untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan growth mindset, mereka percaya pada kemampuan untuk terus berkembang dan memperbaiki diri.
Karakter altruistik mereka tidak hanya berorientasi pada kebaikan diri, tetapi juga manfaat bagi orang lain melalui sedekah, dakwah, dan aksi sosial.
Pelajaran Psikologi: Mengelola Akal, Hati, dan Kehendak Bebas
Ayat ini memberikan panduan bagi manusia untuk memahami posisi mereka dalam tiga golongan tersebut.
Melalui self-awareness, seseorang dapat menyusun strategi untuk berpindah dari golongan yang lemah ke golongan terbaik.
- Akal berperan dalam memahami Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran.
- Hati adalah kompas moral yang memandu manusia menuju kebaikan.
- Kehendak bebas adalah penggerak utama untuk mengambil keputusan dan bertindak.
Menembus Batas Diri Menuju Kesempurnaan Spiritual
Dinamika hidup manusia selalu diwarnai ujian dari nafsu, setan, dan tekanan dunia. Namun, rahmat Allah membuka jalan bagi siapa pun yang ingin berubah.
Dukungan lingkungan yang baik dan upaya untuk memperbaiki diri secara konsisten menjadi kunci untuk meraih keberhasilan spiritual.
Allah telah memberikan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia untuk menembus batas-batas diri, menuju kehidupan yang penuh makna dan keberkahan. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News