UM Surabaya

“Orientasi sekolah termasuk madrasah Muhammadiyah dari dokumen yang saya baca itu tidak boleh sekedar ada. Tetapi keberadaannya itu harus menghadirkan kemanfaatan, keberadaannya harus menghadirkan kemakmuran,” sambungnya,” tegas Hidayatulloh.

Kata dia, supaya sekolah madrasah kita ini bisa menghadirkan kemanfaatan dan kemakmuran, tentu sekolah madrasah kita ini harus memiliki keuntungan secara ekonomi dan non-ekonomi.

Menurut bapak tiga anak itu, kunci utama agar sekolah dan madrasah Muhammadiyah dapat memiliki keuntungan secara ekonomi dan non-ekonomi adalah harus menerapkan kepemimpinan yang sangat kuat.

“Coba bapak ibu lihat sekolah-sekolah yang termasuk sekolah-sekolah outstanding Muhammadiyah itu pasti memiliki kepemimpinan yang kuat dan teamwork-nya juga kuat,” tandasnya.

“Karena itu pimpinan sekolah, yang di dalamnya juga ada guru, tendik dan juga ada majelis dikdasmen yang menjadi penyelenggaranya itu, mari fokus pada visi sekolah, mau kita arahkan ke mana sekolah ini,” tukasnya.

“Kalau kita sudah punya visi yang jelas, kita harus fokus di situ, lalu menjalankan bisnis proses di sekolah itu,” sambungnya.

“Agar bisnis proses pendidikan itu berjalan dengan baik, harus memunculkan kepemimpinan yang inovatif dan teamwork yang kuat,” katanya.

Bisnis proses, lanjutnya, “Secara sederhana saya gambarkan, karena kita ini sekolah swasta, maka inputnya harus kita perjuangkan, siswa kita harus banyak,” terangnya diangguki peserta.

“Supaya kita dapat siswa yang banyak, maka kita perlu melakukan branding dari prestasi, dari fasilitas sehingga sekolah kita akan dinilai lebih dan punya kelebihan, itulah branding,” tegasnya.

Untuk memiliki branding yang baik, sambung dia, kita harus punya kerjasama yang baik dengan sesama sekolah Muhammadiyah.

“TK bekerja sama dengan SD, SD bekerja sama dengan SMP, SMP bekerjasama dengan SMA, SMA dengan perguruan tinggi,” terangnya.

Menurut beliau, SD bekerjasama dengan TK agar lulusan siswa TK bisa langsung masuk ke SD Muhammadiyah di dekatnya, begitu juga dengan SMP, SMA dan perguruan tinggi. Sebagai timbal balik, pihak SMA misalnya, jika merasa butuh laptop atau fasilitas lainnya bisa berkomunikasi dengan perguruan tinggi yang menerima siswanya.

Sebagai Pimpinan Wilayah Muhammadiyah yang membidangi pendidikan, Hidayatulloh menegaskan agar warga Muhammadiyah mengubah pandangan bahwa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak lebih baik dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS)

“Seringkali sekolah-sekolah Muhammadiyah khususnya SMA itu sangat bangga ketika lulusannya bisa kuliah di PTN. Kita ini kadang tidak percaya kepada lembaga Muhammadiyah sendiri,” tegasnya.

Dr Hidayatulloh menekankan agar kita dapat menyekolahkan anak-anak kita ke lembaga Muhammadiyah sehingga perputaran uang itu akan ke Muhammadiyah sendiri.

“Kalau bapak ibu menyekolahkan anak-anaknya ke negeri, maka uang itu akan masuk ke PTN, tidak lolos seleksi masih bisa mengikuti jalur mandiri,” terangnya.

“Bapak ibu bisa bayangkan berapa yang harus dikeluarkan oleh PTM besar seperti UMM untuk menyumbang ke PP Muhammadiyah setiap tahunnya, dan dana ini akan disalurkan kembali untuk pengembangan Muhammadiyah baik di dalam maupun di luar negeri,” lanjutnya.

“Nah, jika semuanya sudah setuju untuk memasukkan ke perguruan tinggi Muhammadiyah atau ke sekolah-sekolah Muhammadiyah, tinggal waktunya untuk mapping,” imbuhnya.

Majelis dikdasmen, kata Hidayatulloh, diharapkan harus bekerja keras ketika jenjang sekolah satu mau masuk jenjang berikutnya, maka harus ada jaminan kalau sekolah itu harus bagus, karena itu harus dibuat road map rencana pengembangan secara bertahap untuk peningkatan kualitas sekolah.

Dalam penyampaian materinya, Hidayatulloh mengutip dari Al-Quran, tepatnya dari surah Ash-Shaff ayat 4. Dalam surah tersebut dikatakan, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan, seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kokoh”.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini