Kita Lemah, tapi Allah yang Menguatkan
foto: getty images
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:

“Seseorang selama ruhnya masih di raganya, dia bisa saja terfitnah. Oleh karena itu, aku berpesan kepada diriku sendiri dan kalian semua, agar kita selalu meminta kepada Allah keteguhan di atas iman.”

Peringatan ini sangat relevan dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap individu pasti menghadapi ujian yang berpotensi menggoyahkan keimanan, baik berupa syubhat (keraguan) maupun syahwat (keinginan yang berlebihan).

Bahkan, Allah Azza wa Jalla telah mengingatkan kita dalam firman-Nya bahwa tiada seorang pun yang benar-benar aman dari fitnah kecuali dengan perlindungan-Nya.

Syaikh Al-Utsaimin melanjutkan:

“Dan hendaknya kalian takut, karena ada banyak tempat licin di bawah kaki kalian. Bila Allah Azza wa Jalla tidak meneguhkan kalian, maka kalian akan terjatuh dalam kebinasaan.”

Hal ini sejalan dengan firman Allah yang ditujukan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, seorang hamba Allah yang paling kuat keteguhannya dan paling sempurna imannya:

“Kalau Kami tidak meneguhkanmu, niscaya kamu hampir saja condong sedikit kepada mereka.” (QS. Al-Isra: 74)

Jika seorang Rasul yang ma’sum (terjaga dari dosa) masih membutuhkan peneguhan dari Allah, bagaimana dengan kita yang sering terperosok dalam kelemahan iman dan keyakinan?

Oleh karena itu, kita harus senantiasa memohon kepada Allah agar diteguhkan dalam kebenaran dan tidak terjerumus ke dalam kesesatan.

Memohon Keteguhan di Atas Iman

Doa adalah salah satu cara utama untuk memohon kekuatan kepada Allah. Allah Ta’ala mengajarkan kepada kita sebuah doa yang sangat penting:

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8)

Selain itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sering berdoa:

“Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan lainnya, shahih menurut Al-Albani)

Doa ini menunjukkan betapa kita sangat bergantung kepada Allah untuk mendapatkan keteguhan dalam menjalankan agama. Sebab, hati manusia mudah sekali berubah-ubah, dan tanpa pertolongan Allah, kita akan mudah tergelincir.

Pelajaran dari Kehidupan Para Nabi

Pelajaran ini juga dapat kita lihat dari kehidupan para nabi dan rasul. Nabi Musa ‘Alaihissalam, misalnya, menghadapi tekanan luar biasa saat memimpin Bani Israil keluar dari Mesir. Di tengah ketakutan dan ancaman pasukan Firaun, beliau berdoa dengan penuh keyakinan:

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raf: 126)

Keteguhan beliau menjadi teladan bagi kita bahwa kekuatan sejati hanya datang dari Allah. Nabi Ibrahim alaihissalam juga diberi keteguhan saat menghadapi api besar yang dinyalakan oleh kaumnya.

Dalam momen-momen tersebut, ketergantungan penuh kepada Allah menjadi kunci keselamatan dan keberhasilan mereka.

Kita harus menyadari bahwa kelemahan adalah bagian dari sifat manusia. Namun, dengan bersandar kepada Allah melalui doa, tawakal, dan ketaatan, kita dapat menghadapi berbagai ujian hidup.

Ingatlah, hanya Allah yang mampu menguatkan kita di atas jalan yang benar. Maka, mari kita perbanyak memohon kepada-Nya sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para nabi lainnya.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan keteguhan kepada kita semua di atas jalan yang lurus. Aamiin. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini