*) Oleh: Farid Firmansyah, M.Psi,
Anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
(QS. Al-Hasyr: 21)
Ayat di atas menghadirkan sebuah perumpamaan yang begitu mendalam: gunung yang tunduk dan terpecah belah di hadapan wahyu Ilahi.
Ayat ini tidak hanya menggambarkan kekuatan spiritual Al-Qur’an, tetapi juga menawarkan refleksi mendalam tentang dampaknya terhadap psikologi manusia.
Dengan simbolisme gunung, Al-Qur’an mengilustrasikan bahwa kekuatan spiritual mampu melampaui segala kekuatan fisik.
Dalam psikologi, simbolisme merupakan alat yang ampuh untuk membentuk persepsi dan pemahaman.
Gunung, yang secara universal dianggap sebagai simbol keteguhan dan kekuatan, digambarkan tunduk dan terpecah belah oleh wahyu Allah.
Gambaran ini mendorong individu untuk mempertimbangkan kembali hierarki kekuatan yang mereka yakini, menyadari bahwa kekuatan Ilahi jauh melampaui kekuatan duniawi.
Proses refleksi ini menjadi kunci dalam pengembangan kesadaran diri dan penemuan makna hidup yang lebih dalam.
Simbolisme gunung ini juga membangkitkan emosi yang kompleks, seperti rasa takut, hormat, dan kagum.
Dalam psikologi, emosi-emosi ini dikenal sebagai pendorong perubahan positif. Rasa kagum terhadap kebesaran Tuhan dapat menginspirasi seseorang untuk mengevaluasi diri, menginternalisasi nilai-nilai spiritual, dan berusaha menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.
Proses ini pada akhirnya mengarahkan individu pada transformasi diri yang mendalam, meningkatkan cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak.
Ketahanan Mental dan Harapan
Ayat ini juga menyinggung aspek penting dari ketahanan mental. Dengan menyadari adanya kekuatan yang lebih besar dari diri sendiri, individu dapat mengembangkan kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan hidup.
Dalam psikologi, ketahanan mental didefinisikan sebagai kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan dan tetap teguh dalam menghadapi cobaan.
Kebesaran Allah yang digambarkan dalam ayat ini memberikan sumber kekuatan dan harapan bagi individu untuk mengatasi kesulitan dan membangun ketahanan dalam menjalani hidup.
Refleksi spiritual yang diajarkan ayat ini juga mendorong terciptanya koneksi sosial yang mendalam.
Dengan merenungkan dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an, individu memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman spiritual dengan sesama, membangun rasa kebersamaan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional serta spiritual. Dukungan sosial seperti ini berperan penting dalam menjaga kesejahteraan mental.
Melalui perumpamaan yang kuat, QS. Al-Hasyr: 21 tidak hanya mengingatkan manusia akan kebesaran Tuhan, tetapi juga menunjukkan relevansi ajaran spiritual dalam konteks kesehatan mental dan perkembangan pribadi.
Ayat ini menawarkan kerangka kerja yang memungkinkan transformasi diri, pengembangan ketahanan mental, dan peningkatan kesejahteraan emosional melalui refleksi, kesadaran diri, dan koneksi sosial.
Dengan demikian, pesan Al-Qur’an ini melampaui batasan keagamaan, menjadi sumber inspirasi universal bagi siapa saja yang mencari makna, kekuatan, dan keseimbangan dalam hidup mereka. (*)
Referensi:
1. Al-Qur’an. (n.d.). Al-Hashr 21.
2. Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, kesan, dan kesannya. Jakarta: Lentera Hati.
3. Abdul Rahman, A. (2010). The psychology of religion: A handbook for the study of religion and spirituality. New York: Routledge.
4. Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. New York: Bantam Books.
5. Seligman, M. E. P. (2011). Flourish: A visionary new understanding of happiness and well-being. New York: Free Press.
6. Ryff, C. D., & Singer, B. (2003). From social structure to biology: Integrative science in the 21st century. Psychological Inquiry, 14(1), 1-12. https://doi.org/10.1207/S15327965PLI1401_01
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News
