Prihatin Pinjol, Kader Muhammadiyah Ini Ubah Keprihatinan Jadi Solusi Lewat Gadai Syariah
Mochammad Agus Suaidi menunjukakn surat pernyataan pinjaman. foto: wh/majelistabilgh.id
UM Surabaya

Di usia 59 tahun, Mochammad Agus Suaidi, kader Muhammadiyah yang tinggal di Simolawang, Surabaya, telah memberikan inspirasi besar bagi masyarakat sekitar.

Sejak 2014, ia memulai langkah kecil namun berdampak besar, yakni membantu tetangganya terbebas dari jeratan bank thithil—istilah untuk rentenir yang memberi pinjaman dengan bunga mencekik.

Kisahnya dimulai dari keprihatinan. Agus sering melihat tetangganya terjebak utang berbunga tinggi yang sulit dilunasi. Dari sana, ia mencoba memberikan pinjaman tanpa bunga dan tanpa agunan.

“Saya hanya ingin membantu. Besar pinjaman mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 3 juta,” ujar Agus kepada majelistabligh.id, Senin (6/1/2025) malam.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Banyak dari penerima pinjaman yang tidak mengembalikan uangnya.

“Ada sekitar Rp 15 juta yang tidak kembali, tapi saya ikhlaskan. Saya juga sudah lupa,” kata Agus sambil tersenyum.

Meski demikian, ia tidak kapok. Prinsipnya jelas: membantu orang-orang agar tidak terjerat pinjaman berbunga tinggi atau bahkan pinjaman online (pinjol) yang marak belakangan ini.

Dua tahun setelahnya, pada 2016, Agus menemukan ide yang lebih terstruktur: mendirikan program gadai syariah. Ide ini muncul dari pengalaman hidupnya sendiri.

Lahir dari keluarga miskin, Agus terbiasa melihat bagaimana orangtuanya harus meminjam uang untuk bertahan hidup.

“Saya dulu sering disuruh antar uang ke yang dipinjam ibu. Uang itu dibungkus kertas seperti surat. Saya dilarang membukanya. Belakangan saya tahu itu uang cicilan utang. Kejadian itu sangat membekas di hati saya,” kenangnya.

Mengacu pada Prinsip Syariah

Agus mengelola gadai syariah dengan merujuk pada prinsip Al-Qur’an, khususnya surat Al-Baqarah ayat 282-283 yang membahas pentingnya pencatatan utang.

Ayat ini menegaskan pentingnya pencatatan utang secara jelas dan rinci untuk menjaga keadilan antara pemberi dan penerima pinjaman.

Bagi Agus, panduan ilahi ini bukan sekadar teks, tetapi prinsip hidup yang ia terapkan dalam setiap langkahnya, memastikan semua transaksi dilakukan dengan transparan dan sesuai syariah.

Dengan demikian, ia berharap dapat menciptakan kepercayaan sekaligus memberikan rasa aman kepada masyarakat yang memanfaatkan layanan ini.

Dalam praktiknya, program ini dipromosikan secara sederhana melalui sistem getok tular dan pesan WhatsApp. Untuk legalitas, ia bekerja sama dengan PKK setempat.

Jika ada warga yang ingin meminjam, mereka cukup membawa KTP atau KK. Bagi yang memiliki agunan seperti BPKB motor, surat perjanjian pun dibuat.

Nominal pinjaman bervariasi, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 7 juta, dengan jangka waktu pelunasan tiga bulan yang bisa diperpanjang menjadi empat bulan. Sistem pembayarannya pun fleksibel, menyesuaikan kemampuan peminjam.

“Misalnya, pinjam Rp 2 juta, mereka boleh membayar Rp 20 ribu per hari, mingguan, atau bulanan. Intinya, kami tidak memaksa,” ujar Agus.

Dibangun dari Pengalaman Hidup

Perjalanan hidup Agus penuh liku. Ia adalah anak panti asuhan di Panti Penolong Penderita Anak Yatim (PPPAY), Surabaya. Di sana pula ia bertemu dengan istrinya, Anis Sufaatin, yang kini setia mendukung setiap langkahnya. Keduanya menikah setelah satu kelas di panti asuhan yang sama.

Agus pernah aktif sebagai kader Pemuda Muhammadiyah Cabang Semampir pada 1986-1992 bersama rekan-rekannya seperti Cholil Subari (pernah menjabat Ketua Umum Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur) dan Hamri Al Jauhari (pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya).

Setelah itu, ia sempat bekerja di berbagai proyek hingga akhirnya membuka usaha kue semprit pada tahun 1980-an.

Usahanya itu kini terus berkembang, bahkan pelanggannya bukan hanya dari Surabaya, tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia.

Namun, bagi Agus, hidup tidak sekadar mencari penghasilan. Ia ingin memberikan dampak nyata bagi sesama.

“Saya hanya menjalankan apa yang saya bisa. Kalau bisa membantu, kenapa tidak?” katanya dengan rendah hati.

Kini, melalui program gadai syariahnya, Agus tidak hanya membantu masyarakat terlepas dari jeratan utang berbunga tinggi, tetapi juga memberikan contoh nyata bagaimana keprihatinan bisa diubah menjadi solusi yang bermanfaat bagi banyak orang. (wh)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini