UM Surabaya

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala)

{يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ}

dan pada hari itu ingatlah manusia. (Al-Fajr: 23)

Yakni teringat akan semua amal perbuatannya di masa lalu, baik yang telah lama maupun yang baru.

{وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى}

akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 23)

Maksudnya tiada manfaatnya lagi baginya mengingat itu.

{يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي}

Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 24)

Yaitu dia menyesali perbuatan-perbuatan durhaka yang telah dikerjakannya di masa lalu jika dia orang yang durhaka, Dan dia berharap seandainya dia dahulu menambah amal ketaatan jika dia adalah orang yang taat di masa lalunya. Imam Ahmad sehubungan dengan hal ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami, Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Saur ibnu Yazid, dari Khalid ibnu Ma’dan, dari Jubair ibnu Nafir, dari Muhammad ibnu Umrah salah seorang sahabat Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) yang mengatakan bahwa seandainya seseorang hamba sejak dilahirkan selalu hidup dalam amal ketaatan kepada Tuhannya sampai dia mati, niscaya di hari kiamat dia menganggap kecil amal perbuatannya, dan niscaya dia menginginkan seandainya dia dikembalikan ke dunia untuk melakukan ketaatan yang sama, agar pahalanya bertambah.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ}

Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya. (Al-Fajr: 25)

Yakni tiada seorang pun yang lebih keras siksaannya terhadap orang yang durhaka kepadanya pada hari itu selain Allah (Subhanahu wa Ta’ala) terhadap orang yang durhaka kepada-Nya.

{وَلا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ}

dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatannya. (Al-Fajr: 26)

Artinya tiada seorang pun yang lebih keras ikatannya dan pukulannya daripada ikatan dan pukulan Malaikat Zabaniyah (juru siksa) terhadap orang-orang yang kafir kepada Tuhan mereka. Hal ini hanyalah menyangkut orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang aniaya.

Adapun apa yang dialami oleh jiwa yang suci lagi tenang yang selalu tetap tunduk patuh kepada kebenaran, maka dikatakan kepadanya:

{يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ}

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu. (Al-Fajr: 27-28)

Yaitu ke sisi-Nya, ke pahala-Nya, dan kepada apa yang telah disediakan oleh-Nya bagi hamba-hamba-Nya di dalam surga-Nya.

{رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً}

dengan hati yang puas lagi diridai. (Al-Fajr:28)

Yakni hati yang puas karena mendapat rida dari Allah (Subhanahu wa Ta’ala).

{فَادْخُلِي فِي عِبَادِي}

Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. (Al-Fajr: 29)

Maksudnya, ke dalam golongan mereka yang diridai.

{وَادْخُلِي جَنَّتِي}

dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr: 30)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini