*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Allah SWT berfirman:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ (30) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ (31)
“Sesungguhnya engkau akan meninggal (Muhammad) dan mereka akan meninggal (30), kemudian pada hari Kiamat kalian akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhan kalian (31).” (QS Az-Zumar: 30-31)
Menurut Imam al-Qurthubi, ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, yang berisi informasi tentang kematian Nabi Muhammad saw dan kematian umatnya. Ayat ini mengandung lima hikmah utama:
- Peringatan tentang akhirat.
- Anjuran untuk beramal.
- Peringatan agar bersiap menghadapi kematian.
- Larangan untuk bersilang pendapat tentang kematian Nabi Muhammad SAW.
- Penegasan bahwa kematian adalah takdir yang menyamakan semua makhluk, meskipun memiliki keunggulan masing-masing, sehingga mengurangi kesedihan dan memberikan ketenangan.
Hari Kiamat dan Berbantah-Bantahan
Hari Kiamat adalah hari ketika setiap perbuatan manusia di dunia dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Sang Pengadil Agung.
Pada hari itu, manusia akan berbantah-bantahan, baik antara kaum Muslimin dengan kaum kafir, maupun antara ruh dengan jasad. Lantas, bagaimana Al-Qur’an menjelaskan peristiwa ini? Dan bagaimana kita bisa terhindar dari perdebatan tersebut?
Dalam KBBI, “bantah” diartikan sebagai pertengkaran, sementara “berbantah-bantahan” berarti pertengkaran yang terjadi secara berulang-ulang.
Dalam bahasa Yunani, istilah ini menggambarkan dialogis yang sering kali mengarah pada pertengkaran sia-sia. Dalam Islam, perilaku ini dilarang karena dapat merusak keharmonisan dan mengalihkan manusia dari kebenaran.
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Alquran ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah.” (QS Al-Kahfi: 54)
Larangan Berbantah-Bantahan Menurut Hadis dan Ulama
Imam Ghazali menegaskan bahwa berbantah-bantahan dilarang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jangan membantah saudaramu, jangan mengejeknya, dan jangan berjanji kepadanya, lalu engkau tidak menepati.”
(HR. Tirmidzi)
Dalam hadis lain, Rasulullah saw bersabda:
“Tinggalkanlah saling berbantah-bantahan, karena saling berbantahan tidak dapat dipahami hikmahnya dan tidak dapat dijamin selamat dari fitnahnya.” (HR. Ahmad)
Bahkan, dalam riwayat Ummu Salamah RA, Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali diberitahukan Tuhan kepadaku dan dilarang untuk melakukannya, setelah menyembah berhala dan meminum khamar, adalah membantah orang lain.”
Berbantah-Bantahan di Akhirat
Ibrahim an-Nakha’i menjelaskan, ketika ayat ini turun, para sahabat bertanya, “Permusuhan apa yang akan terjadi di antara kita?” Mereka memahami bahwa permusuhan di akhirat adalah berperkara di hadapan Allah. Allah akan mengambil kebaikan orang yang zalim dan memberikan kepada yang berhak menerimanya.
Hal ini berlaku untuk semua bentuk kezaliman, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ” قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: “إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ”. أخرجه مسلم و أحمد وغيرهم
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kalian, siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?” Para sahabat menjawab: “Di kalangan kami, muflis itu adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda.” Nabi SAW bersabda: “Muflis dari umatku adalah seseorang yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi juga membawa dosa berupa makian, tuduhan, memakan harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka diberikanlah pahala kebaikannya kepada yang dizalimi. Jika kebaikannya habis sebelum selesai urusannya, dosa orang-orang yang dizalimi itu ditimpakan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim dan Ahmad)
Sebagai seorang Muslim, penting untuk menghindari perdebatan yang tidak perlu, apalagi jika itu menghalangi kebenaran.
Setan sering kali menghasut manusia untuk saling berbantah-bantahan dengan tujuan menjauhkan dari ajaran Islam yang hakiki.
Oleh karena itu, marilah kita menjaga lisan dan perbuatan, serta senantiasa mengutamakan kebenaran dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News