Refleksi Psikologis atas Kekuasaan Allah: QS. Al-Wāqi`ah 65, 69, dan 81
foto: unsplash
UM Surabaya

*) Oleh: Farid Firmansyah, M.Psi,
Anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur

Kekuasaan Allah dalam mengatur kehidupan manusia dan alam semesta menjadi pelajaran mendalam dalam QS. Al-Wāqi‘ah: 65, 69, dan 81.

Ayat-ayat tersebut menegaskan kemampuan Allah untuk menghancurkan tanaman yang menjadi sumber kehidupan, mengendalikan hujan dari awan, dan memberikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup.

Dari perspektif psikologi, ayat-ayat ini mengajarkan manusia tentang keterbatasannya, pentingnya spiritualitas, serta bagaimana kesadaran akan kekuasaan Allah dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan emosional.

Allah SWT dapat menjadikan tanaman manusia kering dan hancur kapan saja (QS. Al-Wāqi‘ah: 65). Dari sudut pandang psikologi, ayat ini mengajarkan kerendahan hati (humility).

Manusia sering kali memiliki ilusi bahwa ia mengendalikan segala sesuatu melalui usaha dan teknologinya, padahal hasil akhir tetap berada di tangan Allah.

Kesadaran akan keterbatasan ini dapat mengurangi rasa sombong dan meningkatkan rasa syukur, yang dalam psikologi positif terbukti menjadi salah satu faktor utama kebahagiaan dan kesejahteraan.

Allah SWT juga menantang manusia dalam QS. Al-Wāqi‘ah: 69 untuk merenungkan siapa yang mengendalikan turunnya hujan.

Fenomena alam, meskipun dapat diprediksi secara ilmiah, tetap berada di luar kendali manusia.

Dalam psikologi, ini berkaitan dengan acceptance (penerimaan) terhadap hal-hal yang tidak dapat dikontrol.

Ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan alam mengajarkan bahwa ia adalah bagian dari sistem yang lebih besar, sehingga perlu menjaga keseimbangan dengan alam sebagai bentuk penghormatan terhadap kekuasaan Allah.

Dalam QS. Al-Wāqi‘ah: 81, Allah mengecam mereka yang meremehkan Al-Qur’an sebagai wahyu-Nya.

Perspektif psikologi menyoroti pentingnya spiritualitas sebagai sumber kebahagiaan dan makna hidup.

Spiritualitas yang diperkuat melalui hubungan dengan Al-Qur’an membantu manusia menemukan tujuan hidup yang lebih besar dari sekadar pemenuhan kebutuhan material.

Penelitian psikologi menunjukkan bahwa individu yang memiliki hubungan spiritual yang kuat cenderung memiliki tingkat stres lebih rendah dan kemampuan coping yang lebih baik saat menghadapi tantangan.

Secara keseluruhan, ketiga ayat ini mengajarkan manusia tentang hubungan antara dirinya, alam, dan Sang Pencipta.

Dalam psikologi, kesadaran akan keterbatasan manusia di hadapan kekuasaan Allah mendorong seseorang untuk mengembangkan faith-based coping, yaitu strategi mengatasi masalah dengan bersandar pada keimanan.

Keyakinan bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu membantu manusia mengelola kecemasan dan rasa tidak berdaya, serta memberi ketenangan dalam menghadapi ketidakpastian hidup.

Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, refleksi terhadap QS. Al-Wāqi‘ah: 65, 69, dan 81 sangat relevan untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional.

Kesadaran bahwa segala sesuatu berada dalam kendali Allah mengajarkan manusia untuk fokus pada usahanya sambil menyerahkan hasilnya kepada-Nya (tawakal).

Dengan demikian, ayat-ayat ini tidak hanya mengingatkan tentang kebesaran Allah, tetapi juga memberikan panduan psikologis bagi manusia untuk menjalani hidup dengan ketenangan, kesyukuran, dan penghormatan terhadap alam.

Referensi Al-Qur’an dan Tafsir:

Al-Qur’an dan Terjemahannya:

Departemen Agama Republik Indonesia. (2019). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Kementerian Agama RI.

QS. Al-Wāqi‘ah: 65, 69, dan 81.

Tafsir Al-Muyassar:

Al-Muyassar memberikan penjelasan singkat dan jelas mengenai konteks kekuasaan Allah dalam ayat-ayat ini.

Tafsir Ibnu Katsir:

Ibnu Katsir, I. (2003). Tafsir Al-Qur’an al-Adzim. Riyadh: Darussalam.

Referensi Psikologi:

4. Buku Psikologi Islam:

Saifulah, A. (2015). Psikologi dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Membahas tentang konsep keimanan dan hubungannya dengan kesejahteraan mental.

Psikologi Positif:

Seligman, M. E. P. (2002). Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Free Press.

Penelitian tentang hubungan antara rasa syukur dan kebahagiaan.

Faith-Based Coping:

Pargament, K. I. (1997). The Psychology of Religion and Coping: Theory, Research, Practice. New York: Guilford Press.

Membahas strategi coping berbasis keimanan dalam menghadapi tantangan hidup.

Mindfulness dan Acceptance:

Kabat-Zinn, J. (2003). Full Catastrophe Living: Using the Wisdom of Your Body and Mind to Face Stress, Pain, and Illness. New York: Bantam Books.

Menjelaskan penerimaan terhadap hal-hal yang tidak dapat dikontrol sebagai bagian dari manajemen stres.

Artikel dan Jurnal Ilmiah:
8. Yusuf, M. (2017). “Kontekstualisasi Psikologi Spiritual dalam Perspektif Al-Qur’an.” Jurnal Studi Islam dan Psikologi, 5(1), 12-25.
9. Ahmad, Z. (2020). “The Role of Gratitude in Enhancing Well-being: Insights from Islamic and Positive Psychology.” Journal of Islamic Studies, 8(2), 45-67.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini