Iman, Persepsi, dan Keajaiban Ilahi dalam QS. Āli ʻImrān: 13
foto: kharchoufa
UM Surabaya

*) Oleh: Farid Firmansyah, M.Psi,
Anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur

كَانَ لَكُمْ اٰيَةٌ فِيْ فِئَتَيْنِ الْتَقَتَاۗ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَاُخْرٰى كَافِرَةٌ يَّرَوْنَهُمْ مِّثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِۗ وَاللّٰهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّاُولِى الْاَبْصَارِ
۝١٣

“Sungguh, telah ada tanda (bukti) bagimu pada dua golongan yang bertemu (dalam pertempuran. Satu golongan berperang di jalan Allah dan (golongan) yang lain kafir yang melihat dengan mata kepala bahwa mereka (golongan muslim) dua kali lipat jumlahnya. Allah menguatkan siapa yang Dia kehendaki dengan pertolongan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati).”

Pada suatu masa, di tengah ketidakseimbangan kekuatan fisik dan jumlah pasukan, Allah menunjukkan kuasa-Nya yang melampaui batas logika manusia.

QS. Āli ʻImrān: 13 menjadi bukti nyata bahwa kekuatan iman dan kehendak ilahi mampu mengubah situasi yang terlihat mustahil menjadi kemenangan yang nyata.

Dalam ayat ini, Allah menggambarkan pertempuran antara dua golongan: kaum muslimin yang berjuang di jalan-Nya melawan kaum kafir yang sombong.

Dengan kebesaran-Nya, Allah membuat mata orang-orang kafir terkecoh, sehingga mereka melihat jumlah umat Islam menjadi dua kali lipat dari kenyataan.

Sebuah tanda kebesaran Allah yang tidak hanya menggetarkan jiwa tetapi juga mengajarkan pelajaran abadi.

Allah yang Mengendalikan Persepsi

Manusia sering kali terjebak dalam logika jumlah dan kekuatan materi. Namun, ayat ini mengajarkan bahwa Allah mampu mengubah persepsi manusia sesuai kehendak-Nya.

Orang-orang kafir melihat kaum muslimin seakan-akan dua kali lebih banyak dari jumlah sebenarnya.

Bukan karena kesalahan penglihatan, tetapi ini adalah bagian dari strategi ilahi yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia. Ketakutan yang muncul dalam hati musuh menjadi alat yang efektif untuk melemahkan mereka tanpa perlu tambahan tenaga fisik.

Fenomena ini tidak hanya relevan dalam medan perang, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dalam psikologi, persepsi sering kali dipengaruhi oleh keyakinan, emosi, dan situasi.

Ketakutan yang berlebihan dapat membuat sesuatu tampak lebih besar daripada kenyataannya. Namun, bagi kaum muslimin saat itu, keyakinan kepada Allah menjadi tameng yang melindungi mereka dari rasa gentar.

Iman adalah kekuatan yang menggerakkan jiwa, sementara persepsi musuh dilumpuhkan oleh ketakutan yang Allah tetapkan.

Kaum muslimin yang berperang di jalan Allah tidak hanya membawa senjata, tetapi juga membawa keyakinan bahwa Allah bersama mereka.

Keyakinan ini memberikan resiliensi psikologis yang luar biasa. Di tengah jumlah pasukan yang jauh lebih sedikit, mereka tetap berdiri tegak, penuh keberanian, dan percaya bahwa kemenangan adalah milik mereka yang beriman.

Allah menguatkan mereka, sebagaimana Dia meneguhkan hati Rasulullah dan para sahabat.

Di sisi lain, ayat ini juga menyampaikan pelajaran penting: kekuatan fisik tanpa iman tidak akan membawa kemenangan sejati.

Orang-orang kafir yang melihat jumlah kaum muslimin menjadi lebih banyak dilanda ketakutan, menunjukkan bahwa kekuatan mental dan spiritual jauh lebih berpengaruh daripada jumlah fisik.

Allah tidak hanya menciptakan kemenangan, tetapi juga memperlihatkan bahwa kemenangan itu berasal dari pertolongan-Nya semata.

Allah menutup ayat ini dengan sebuah pernyataan yang menggetarkan: “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.”

Pesan ini adalah panggilan bagi manusia untuk melihat lebih jauh daripada apa yang terlihat oleh mata fisik.

Mata hati, atau basīrah, adalah kemampuan untuk memahami tanda-tanda Allah di balik peristiwa yang tampaknya biasa.

Dalam kehidupan modern, pelajaran ini relevan bagi siapa saja yang merasa kecil atau tidak berdaya di tengah tantangan besar.

Keyakinan kepada Allah adalah kekuatan yang mampu mengubah rasa takut menjadi keberanian, kelemahan menjadi kekuatan, dan keterbatasan menjadi peluang.

Allah tidak membutuhkan jumlah besar untuk memenangkan sebuah perjuangan; Dia hanya membutuhkan orang-orang yang teguh beriman.

Jika kita merasa bahwa hidup penuh tantangan dan jalan keluar tampak mustahil, ayat ini adalah pengingat bahwa Allah selalu memiliki cara yang tidak pernah kita bayangkan.

Ketika manusia bergantung pada logika dan jumlah, Allah menunjukkan bahwa iman dan tawakal adalah kunci utama kemenangan.

Kehendak Allah tidak hanya mengubah persepsi orang lain terhadap kita, tetapi juga menguatkan hati kita untuk menghadapi apa pun yang ada di depan.

Kemenangan Milik Mereka yang Beriman

Seperti kaum muslimin dalam pertempuran tersebut, tugas kita adalah memperkuat iman, mengokohkan tawakal, dan berserah kepada Allah.

Pertolongan Allah mungkin datang dalam bentuk yang tidak kita duga, tetapi ia selalu hadir untuk mereka yang percaya.

Karena pada akhirnya, kemenangan bukan milik yang terkuat atau yang terbanyak, tetapi milik mereka yang mendapatkan dukungan dari Allah Yang Mahakuasa. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini