Mensyukuri Nikmat Allah: Refleksi dari Surat Ar-Rahman
foto: ayukbaca
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Fabiayyi ala’i rabbikuma tukadzdziban adalah ayat Al-Qur’an dari Surat Ar-Rahman yang artinya: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Ayat ini diulang sebanyak 31 kali dalam surat tersebut, yaitu pada ayat-ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77.

Pengulangan ini tentu bukan tanpa alasan, melainkan untuk menekankan makna dan pesan yang sangat penting. Beberapa pesan utama dari ayat ini adalah:

1. Mengajarkan Pentingnya Bersyukur
Ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Allah berikan.

2. Menyadarkan Kebesaran dan Keagungan Allah
Dengan menyebutkan nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya, kita diingatkan akan kebesaran-Nya.

3. Mendidik Kerendahan Hati
Kesadaran akan nikmat Allah mendorong kita untuk bersikap rendah hati dan tidak sombong.

4. Memperkuat Keimanan dan Ketakwaan
Pengulangan ayat ini menegaskan pentingnya memperkuat iman dengan merenungi kebesaran Allah.

Ayat ini ditujukan kepada manusia dan jin, sebagaimana terlihat dari penggunaan kata “Rabbikuma” yang berarti “Tuhan kamu berdua”.

Oleh karena itu, marilah di hari Jumat Mubarak ini kita merenungkan dan mensyukuri segala nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita.

Merenungkan Nikmat yang Kerap Terlupakan

Betapa sering kita lalai menyadari nikmat yang sebenarnya begitu besar. Berikut adalah beberapa contoh sederhana tetapi bermakna:

– Dua mata kita yang dapat melihat adalah impian bagi mereka yang buta atau kehilangan penglihatan.

– Dua telinga kita yang dapat mendengar adalah impian bagi mereka yang tuli atau kehilangan kemampuan mendengar.

– Dua kaki kita yang dapat berjalan adalah impian bagi mereka yang harus duduk di kursi roda.

– Dua tangan kita yang dapat memegang adalah impian bagi mereka yang tidak memiliki tangan.

– Gigi kita yang dapat mengunyah adalah impian bagi mereka yang kehilangan gigi.

Sungguh, ada banyak orang di luar sana yang rela membayar mahal untuk mata palsu, telinga palsu, kaki palsu, tangan palsu, atau gigi palsu demi menggantikan yang hilang. Namun, kita yang masih diberi kesempurnaan sering kali lupa untuk bersyukur.

Sudahkah Kita Bersyukur?

Renungkanlah nikmat-nikmat tersebut sebelum datang rasa sedih dan penyesalan. Sudahkah kita mensyukuri nikmat itu dengan mempergunakannya untuk ibadah? Atau justru kita menggunakannya untuk maksiat?

Bayangkan, bagaimana jika suatu hari nanti nikmat-nikmat itu diambil?

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur atas segala karunia-Nya, serta menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk memperbanyak amal shalih dan menjauhi perbuatan maksiat.

Wallahu a’lam bish-shawab. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini