Rasisme Menyalahi Sunatullah
African black fist and caucasian white fist raised calling for freedom and equality on a yellow background. Multicultural fists raised. Stop racism.
UM Surabaya

*)Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

If wealth and social status are the benchmarks of your success, try to check again, maybe your role models are not Rasulullah, but pharaohs and qaruns.”
“(Jika harta kekayaan dan ketinggian status sosial adalah tolok ukur kesuksesanmu, coba periksa kembali, mungkin panutanmu bukanlah Rasulullah, tapi fir’aun dan qarun)”

Penyakit hati yang sangat berbahaya, yaitu rasisme. Rasisme adalah sikap atau tindakan yang didasarkan pada keyakinan bahwa ras atau kelompok etnis tertentu lebih unggul daripada yang lain. Sikap ini telah menebar permusuhan dan perpecahan di berbagai belahan dunia sepanjang sejarah.

Rasulullah Saw pernah bersabda kepada Abu Dzar,
انْظُرْ فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى
Artinya :
“Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.”(HR. Ahmad V No. 158)

Allâh Swt menciptakan kita berbeda-beda agar kita saling mengenal satu sama lainnya. Yang membedakan di sisi Allâh Swt hanyalah ketakwaannya. Allâh Swt berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.”(Al-Hujurat: 13)

Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa kita diciptakan berbeda-beda suku, ras dan bangsa agar kita saling mengenal. Allâh Swt menegaskan setelah ayat ini bahwa yang paling mulia adalah yang paling taqwa. Ath-Thabari menafsirkan,
ﺍﻧْﻈُﺮْ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻤَﺮَ ﻭَﻻَ ﺃَﺳْﻮَﺩَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﺗَﻔْﻀُﻠَﻪُﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ
Artinya:
“yang paling mulia di sisi Rabb kalian adalah yang paling bertakwa dalam melaksanakan perintah dan menjauhi maksiat. Bukan yang paling besar rumah atau yang paling banyak keluarganya.” (HR. Ahmad No.158)

Dalam ajaran Islam ditegaskan bahwa persaudaraan itu meliputi seluruh golongan masyarakat, maka di sana tidak ada segolongan manusia lebih tinggi daripada segolongan yang lainnya. Tidak boleh harta, kedudukan, nasab atau status sosial atau apa pun menjadi penyebab sombongnya sebagian manusia atas sebagian yang lain.

Dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khutbah Rasulullah SAW di tengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda,
يا أيها الناس، إن ربكم واحد وأباكم واحد، ألا لا فضل لعربي على عجمي، ولا لعجمي على عربي، ولا أسود على أحمر، ولا أحمر على أسود إلا بالتقوى، أبلغت؟ “. قالوا: بلغ رسول الله صلى الله عليه وسلم
Artinya:
“Wahai sekalian manusia Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu (maksudnya Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?” mereka menjawab: Iya, benar Rasulullah SAW telah menyampaikan.” (Musnad Ahmad No. 22391)

Dalam hadits di atas secara tegas menerangkan bahwa pada dasarnya dalam Islam semua manusia itu sama. Karena itu, tidak boleh ada diskriminasi atas dasar apa pun, kecuali taqwanya kepada Allâh Swt.

Islam secara tegas menolak adanya dominasi manusia terhadap manusia lain. Dari Abu Hurairah berkata, Bahwa Rasulullah Saw bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)

Hadits di atas menerangkan bahwa semua manusia sama di hadapan Allâh Swt. Manusia, dengan merujuk hadits ini, tidak layak membanggakan bentuk dan rupa lahiriah mereka, serta harta benda yang mereka miliki karena semua itu tidak ada artinya bagi Allâh Swt. Dia hanya memerhatikan niat dan amal perbuatan manusia.

Salah satu ciri yang mendasar dalam ajaran Islam adalah kesetaraan. Bermula dari penilaian manusia yang bersifat universal, tanpa membeda-bedakan berdasarkan ras, etnis, dan seterusnya. Hingga membangun nilai kemanusiaan yang tidak dibatasi oleh batasan- batasan tertentu.

Manusia secara fisik dalam segala ragamnya sama. Seorang anak berkulit hitam, hidung mancung, pesek, berambut keriting, terlahir dari seorang Ibu yang secara sosial rendah, miskin, terbelakang, dan seterusnya, adalah setara dengan anak berkulit putih, keturunan seorang Ibu yang kaya raya lagi dihormati.

Manusia itu di saat lahir memiliki kesetaraan lahir batin. Secara lahir keduanya tercipta dari tanah. Secara batin keduanya membawa Ruh ilahiyah.Sehingga yang menentukan kehormatan, atau sebaliknya kehinaannya, adalaha bagaimana dia menjalani kehidupannya di kemudian hari. Jika kehidupan ini dijalani dengan tanggung jawab maka dia dengan sendirinya terhormat.
(Pribadi yang saleh) Tentu sebaliknya jika kehidupan dijalani dengan tidak tanggung jawab maka dengan sendirinya mencampakkan diri ke dalam lembah kehinaan.

Kesimpulannya bentuk kesalehan manusia disini adalah taqwa. Dan takwa pusatnya ada pada hati manusia. Hati yang dipenuhi takwa inilah yang kemudian membentuk warna kehidupan manusia tersebut.

Semoga bermanfaat.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini