Sahabat Anak Prof. Dr. Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto menyambut baik dan menekankan pentingnya tujuh kebiasaan sehat yang digulirkan Mendikdasmen Prof Dr Abdul Mu’ti. Bahkan Kak Seto telah menerapkan nilai-nilai ini dalam sekolah-sekolah berbasis rumahan yang dikelolanya.
Sebagai tokoh pelopor perlindungan anak dan anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (2005-2009), Kak Seto menilai gerakan ini berpotensi menjadi solusi untuk membangun anak muda yang berakhlak mulia dan kuat mental.
Seperti diketahui, pada Desember lalu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, meluncurkan gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Gerakan ini bertujuan mendukung program wajib belajar 13 tahun dengan membangun generasi muda yang kuat dalam religiusitas dan spiritualitas untuk menghadapi tantangan masa depan, terutama terkait dengan menurunnya moralitas.
Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat meliputi:
Bangun pagi,
Beribadah,
Berolahraga,
Gemar belajar,
Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi,
Bermasyarakat, dan
Istirahat cukup dengan tidur lebih awal.
Lebih lanjut Kak Seto menjelaskan, kekerasan terhadap anak sering kali terjadi secara tidak sadar di lingkungan sekolah atas nama pendidikan. Ia mencontohkan tragedi anak yang terjerumus perilaku kriminal akibat tekanan pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif, mengesampingkan etika dan estetika.
Padahal, pendidikan seharusnya mendahulukan etika (akhlak mulia) dan estetika (seni komunikasi), sebelum menyentuh aspek sains dan teknologi.
Generasi Strawberry: Tantangan dan Solusi
Ketika generasi muda sering disebut sebagai generasi strawberry—rapuh terhadap tekanan—Kak Seto mengingatkan perlunya keseimbangan dalam pendidikan. Pendidikan harus meliputi pengembangan kecerdasan emosional, spiritual, kreativitas, dan kemampuan bersahabat, bukan hanya berfokus pada kecerdasan akademik.
Kak Seto juga menyebut program Gembira sebagai pendekatan ramah anak untuk menerapkan kebiasaan ini.
G: Gerak (olahraga),
E: Emosi cerdas,
M: Makan dan minum bergizi,
B: Beribadah,
I: Istirahat cukup,
R: Rukun (bersosialisasi), dan
A: Aktif belajar.
Pendidikan tidak hanya mencakup pembelajaran akademik tetapi juga seni, keterampilan, dan aktivitas yang melibatkan pengalaman baru.
Kak Seto mengusulkan agar tujuh kebiasaan ini dikenalkan dengan pendekatan ramah anak dan keteladanan. Anak-anak harus memahami nilai-nilai tersebut melalui cerita dan pengalaman nyata, seperti teladan Rasulullah yang menjaga keseimbangan hidup antara ibadah, istirahat, dan aktivitas fisik.
Ia juga menyarankan pemerintah melibatkan semua pihak—dari Presiden hingga tingkat RT dan RW—dalam mempromosikan gerakan ini. Kak Seto berbagi pengalaman dengan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) melalui inisiatif Saya Sahabat Anak (Sasana) pada tahun 2018. Acara tersebut melibatkan permainan tradisional untuk mempererat interaksi antara anak-anak, pemimpin, dan pendidik di lingkungan yang menyenangkan.
Dengan kolaborasi antara pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial, diharapkan anak-anak Indonesia tumbuh menjadi generasi yang sehat, berdaya, dan mandiri, siap menghadapi tantangan masa depan. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News