Kader Muhammadiyah Harus Siap Menghadapi Tantangan Panggung Kekuasaan
Imam Sugiri
UM Surabaya

Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur, Ir. Imam Sugiri, MM, menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi bangsa sekaligus menyerukan kesiapan kader Muhammadiyah untuk mengambil peran strategis di panggung kekuasaan.

Imam menyoroti bahwa Muhammadiyah memiliki banyak kader potensial yang tersebar di berbagai sektor, namun mereka harus lebih dari sekadar menempati posisi.

“Ukuran kita bukan hanya hari ini, tapi bagaimana kontribusi kita lima tahun ke depan,” ujarnya kepada majelistabligh, pada Selasa (14/1/2025).

Imam mengutip pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto saat Tanwir I Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menyebut bahwa kader Muhammadiyah ada di mana-mana.

Pernyataan ini, menurut Imam, adalah pengakuan terhadap kontribusi Muhammadiyah dalam membangun bangsa.

Namun, ia memberikan catatan penting, apakah teman-teman kader Muhammadiyah siap bukan hanya menerima amanat, tetapi juga bertarung demi masa depan bangsa?

Imam menggambarkan perjalanan kader Muhammadiyah ibarat seorang khatib yang berdiri di mimbar masjid untuk menyampaikan kebaikan, lalu dihadapkan pada tantangan ketika harus memimpin di panggung kekuasaan.

“Dari mimbar, kita bicara idealisme. Tapi di panggung kekuasaan, kita harus menghadapi realitas politik yang penuh intrik,” jelas Ketua Lembaga Pengembangan UMKM PWM Jatim ini.

Ia menambahkan bahwa kekuasaan adalah ujian. Seorang kader Muhammadiyah yang memegang jabatan tidak hanya mewakili dirinya sendiri, tetapi juga membawa nama besar Muhammadiyah dan nilai-nilai Islam.

“Ketika seorang kader Muhammadiyah berada di jabatan publik, ia harus menjaga marwah organisasi dan membawa nilai-nilai kebaikan ke dalam kebijakan yang ia buat,” tegas Imam.

Dalam diskusi tersebut, Imam Sugiri juga mengkritisi kondisi bangsa saat ini yang menurutnya sedang menghadapi serangkaian tantangan berat. Ia menyebutkan beberapa masalah yang mendesak, seperti:

1. Pelemahan ideologi yang menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai luhur bangsa.
Pendangkalan pemahaman Islam, yang menyebabkan generasi muda kehilangan pegangan dalam beragama.

2. Pencerabutan budaya, di mana tradisi dan kearifan lokal semakin terkikis oleh pengaruh asing.

3. Kebiri terhadap penegakan hukum, yang membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap sistem hukum yang ada.

4. Masalah pendidikan agama yang minim perhatian, serta pengaruh buruk seperti pornografi yang mengancam generasi muda.

Imam meyakini bahwa pelemahan-pelemahan ini bukanlah kebetulan, tetapi bagian dari desain besar yang dijalankan oleh kekuatan tertentu.

“Ada kelompok besar di balik ini semua, mereka bekerja secara sistematis untuk melemahkan bangsa ini,” ujarnya dengan nada prihatin.

Sebagai ilustrasi, Imam menganalogikan bangsa ini seperti sebuah desa yang kehilangan pagarnya.

“Jika pagar desa sudah roboh, maka siapa saja bisa masuk dan mengambil apa pun yang ada di dalamnya. Inilah yang terjadi jika ideologi, budaya, dan hukum kita dilemahkan. Kita kehilangan benteng,” katanya.

Bukan Hanya Jabatan, Tapi Nilai

Imam Sugiri mengingatkan para kader Muhammadiyah bahwa menduduki jabatan bukan hanya soal program kerja, tetapi juga membawa nilai-nilai.

“Kalau kita tidak siap, saya khawatir kita hanya akan terjebak dalam permainan mereka,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya persiapan kader Muhammadiyah untuk memahami tantangan kekuasaan. Menurutnya, jabatan adalah amanah yang berat karena menyangkut kehidupan banyak orang.

“Seorang kader Muhammadiyah tidak boleh hanya melihat jabatan sebagai prestise, tapi harus memahami bahwa di dalamnya ada nilai-nilai yang harus diperjuangkan,” katanya.

Imam juga berharap Muhammadiyah dapat memberikan kontribusi nyata dalam kepemimpinan nasional, khususnya jika Prabowo Subianto terpilih sebagai presiden.

“Saya ingin melihat kekuatan Muhammadiyah, dari pusat hingga daerah, terlibat aktif dalam pemerintahan. Kita harus menunjukkan bahwa kader Muhammadiyah mampu membawa perubahan positif,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa kontribusi Muhammadiyah tidak boleh hanya terbatas pada politik praktis, tetapi juga di bidang pendidikan, budaya, dan sosial.

“Kita harus menjadi agen perubahan di mana pun kita berada, baik sebagai pemimpin maupun sebagai masyarakat,” tambahnya.

Imam menggambarkan kader Muhammadiyah seperti lilin yang menerangi ruangan gelap. “Meski kecil, lilin itu mampu memberikan cahaya di tengah kegelapan. Begitu juga kita. Kader Muhammadiyah harus menjadi cahaya harapan bagi bangsa ini,” tuturnya.

Imam optimistis bahwa dengan persiapan yang matang, komitmen pada nilai-nilai Islam, dan kerja keras, kader Muhammadiyah dapat menjadi garda terdepan dalam membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Ia mengajak seluruh kader untuk terus memperkuat peran Muhammadiyah di tengah dinamika politik dan sosial yang semakin kompleks.

“Kita tidak hanya menerima amanah, tetapi juga bertarung demi masa depan bangsa,” pungkasnya dengan penuh semangat. (wh)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini