Al-Quran menegaskan bahwa keberuntungan sejati ada pada orang-orang beriman yang mampu menjaga kekhusyukan dalam salat mereka. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman; (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya” (Q.S. al-Mukminun: 1-2).
Kekhusyukan menjadi tolok ukur kualitas ibadah seorang hamba kepada Tuhannya. Namun, bagaimana cara mencapai kekhusyukan tersebut?
Artikel ini berupaya menyajikan panduan praktis yang diadaptasi dari Tuntunan Salat Lima Waktu.
Meskipun buku tersebut tidak secara khusus merangkum langkah-langkah untuk mencapai kekhusyukan dalam salat, penulis melakukan penyesuaian tematik untuk merumuskan kiat-kiat praktis berdasarkan isi buku itu.
Langkah pertama adalah niat yang tulus
Niat dalam ibadah bukan sekadar ucapan, melainkan kehendak kuat yang lahir dari kesadaran untuk mencari rida Allah. Niat yang benar menanamkan makna bahwa salat bukanlah rutinitas mekanistik semata, melainkan sebuah bentuk penghambaan yang dilakukan dengan kesadaran penuh.
Kedua, arahkan pandangan ke tempat sujud
Sikap ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Saw. Beliau mengajarkan agar pandangan mata tidak berkeliaran selama salat.
Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah pernah menundukkan kepala setelah turun ayat tentang orang yang khusyuk dalam salat (HR. al-Hakim).
Ketiga, hayati makna setiap bacaan dalam salat
Setiap kalimat dalam bacaan salat memiliki makna yang sejatinya menjadi doa-doa terbaik bagi seorang Muslim.
Ketika makna bacaan diresapi, salat bukan hanya menjadi ritual, melainkan juga dialog personal dengan Allah.
Misalnya, memahami arti bacaan tahiyat dapat membuat seorang hamba menyadari makna penghormatan kepada Allah, Nabi Muhammad, dan seluruh makhluk mulia yang disebutkan di dalamnya.
Fokus pada makna ini menjadikan salat lebih bermakna dan mampu menggugah hati.
Keempat, jaga tumakninah dalam gerakan
Tumakninah berarti melaksanakan setiap gerakan salat dengan tenang, tidak tergesa-gesa, dan sepenuh hati.
Dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw menekankan pentingnya tumakninah dalam setiap gerakan salat, baik ketika rukuk, sujud, maupun duduk.
Tanpa tumakninah, salat kehilangan esensinya sebagai ibadah yang mengajarkan penghambaan dan pengakuan atas ke-Mahabesaran Allah.
Melalui tumakninah, seorang hamba mampu merasakan kebesaran Allah yang Maha Agung dalam setiap gerakan salatnya.
Kekhusyukan dalam salat bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Dibutuhkan usaha dan kesadaran penuh untuk mencapainya.
Keempat langkah ini diharapkan tiap-tiap Muslim dapat memperbaiki kualitas salatnya.
Referensi:
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “Tuntunan Salat Lima Waktu”, Berita Resmi Muhammadiyah: Nomor 03/2015-2020/Rabiul Akhir 1439 H/Januari 2018 M, Yogyakarta: Gramasurya, 2018.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News