Kemajemukan bangsa Indonesia akan menjadi berkah/rahmat, jika semua elemen masyarakat yang berbeda-beda ini dapat membangun budaya toleransi dan moderasi, sehingga dapat bisa legowo menerima perbedaan.
Dan sebaliknya akan menjadi bencana jika kemajemukan masyarakat Indonesia ini disikapi dengan sikap intoleransi, diskriminasi, eksklusif, tertutup dan mau menang sediri (egoisme), sehingga sulit menerima perbedaan dengan yang lain.
Padahal berbeda itu indah, seindah pelangi di atas awan yang berwana-warni ada merah, kuning, hajau. Keindahan pelangi dikarenakan beragam warna bukan satu warna.
Begitupula indahnya kehidupan ini dikarnakan adanya ragam berbedaan diantara kita manusia. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan atau sunnatullah yang memang sudah digariskan oleh Sang Pencipta alam semesta yaitu Allah SWT. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S Al-Hujurat:13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari jenis laki-laki (Adam) dan jenis perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong.
Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Artinya mau tidak mau kita harus menerima perbedaan itu, karena semua sudah ditakdirkan oleh Allah SWT, kita tidak mungkin bisa memilih untuk dilahirkan menjadi orang mana, kita tidak mungkin bisa memilih untuk dilahirkan menjadi laki-laki atau perempuan, kita tidak mungkin bisa memilih untuk dilahirkan kelompok mana yang kita kehendaki.
Berbeda itu indah bahkan dapat jadi sebuah rahmat. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis:
إِخْتِلاَفُ أُمَّتِيْ رَحْمَةٌ
“Perselisihan (pendapat) di antara umatku adalah rahmat.”
Artinya, sudah semestinya rahmat itu dimaknai dengan saling melengkapi, membangun dan memperbaiki, bukan menjadi perpecahan. Ironisnya, ajaran tersebut seolah tak lagi terdengar dan tersampaikan.
Kenapa makna hadis ini tidak dikembalikan lagi dalam konteks ke-Indonesiaan, menjadi Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tetapi menuju satu tujuan, malah yang terjadi sekarang, adalah perbedaan malah menjadi perpecahan bukan sebuah keindahan/rahmat seperti Pelangi di atas awan yang indah.