Amalan yang Pahalanya Setara Ibadah Haji dan Mudah Dikerjakan
foto: islamic-relief.org
UM Surabaya

Sebentar lagi, kita memasuki bulan Dzulhijjah. Bulan di mana para calon jamaah haji mulai menyiapkan diri untuk berangkat. Bahkan beberapa kloter sudah tiba di Tanah Suci Makkah.

Rasa kebahagiaan pun terpancar dari rona mereka yang bisa menunaikan ibadah haji tahun ini. Sebelum berangkat mereka mengadakan tasyakuran, pamitan, dan lain lain sebagainya.

Sementara di sisi lain, ada banyak orang yang nampak redup. Mereka belum biasa melaksanakan ibadah haji lantaran beberapa faktor, di antaranya keterbatasan ekonomi, antrean yang panjang sehingga belum dapat giliran dan usia yang sudah tidak muda lagi.

Sebagai orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, tentunya kita tidak perlu risau karena ada amalan-amalan yang bila kita kerjakan yang insya Allah pahalanya setara ibadah haji dan umrah. Meski pun begitu bukan berarti menggugurkan kewajiban haji kita.

Amalan-amalan tersebut mudah untuk kita lakukan. Pertama, menjaga salat lima waktu secara berjamaah di masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَن خرَجَ مِنْ بَيتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ، فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الحَاجِّ المُحْرِمِ، ومَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيْحِ
الضُّحى لايُنْصِبُهُ إلَّا إِيَّاهُ، فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ المُعْتَمِرِ، وَصَلَاةٌ عَلَى أثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ في عِلِّيِّينَ (رواه أبو داود )

“Barang siapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk salat wajib berjemaah, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji dan sedang berihram.

Dan siapa saja yang keluar untuk salat sunah Duha yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah.

Dan (yang melakukan) salat setelah salat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin” (HR. Abu Daud no. 558

Hadis yang lain dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda:

مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةِ مَكْتُوْبَةِ فِي اجْمَاعَةِ فَهِيَ كَحَجَّةٍ وَ مَنْ مَشَى إِلَى صَلَاةٍ تَطرُّ فَهِيَ كَعْمْرَةٍ نَافِلَةٍ

“Siapa yang berjalan menuju salat wajib berjamaah, maka ia seperti berhaji. Siapa yung berjalan menuju salat sunah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunah.” (HR Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)

Dua hadis di atas menjelaskan amalan salat wajib berjamaah di masjid secara istikamah, serta melaksanakan salat duha di masjid,

Kabar gembira tersebut tentunya sangat menarik untuk kita lakukan. Apalagi mudah dilaksanakan mengingat amalan tersebut tidak membutuhkan biaya. Cukup jalan kaki atau naik motor dengan waktu yang sangat singkat.

Akan tetapi, meski pun pahalanya menggiurkan, banyak umat Islam masih ogah-ogahan salat berjamaah di masjid. Bahkan, banyak di antara mereka tidak salat kecuali salat Jumat dan hari raya.

Kita lupa, baik buruknya akhlak kita terletak pada salat. Dan salat merupakan amalan yang akan dihisab pertama kali di akhirat nanti.

Selain salat wajib berjamaah di masjid secara istikamah, membaca tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing dibaca sebanyak 33 kali.

Amalan tersebut sangat mudah untuk kita lakukan karena masih sepaket atau terusan dari salat fardu, yaitu dengan cara duduk sebentar dengan khusyuk dan penuh keikhlasan, hal tersebut berlandaskan pada hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

جَاءَ الفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلَ الدُّثُوْرِ مِنَ الأَمْوَالِ باِلدَّرَّجَاتِ العُلاَ وَالنَّعِيْمِ المُقِيْمِ ، يُصلُّونَ كَمَا تُصَلِّيْ ، وَيَصُومُونَ كَما نَصُومُ . وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالِ يَحُجُّوْنَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ . ويُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُوْنَ قَالَ « ألا أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخْدَ تُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَقَكُمْ وَلَمْ يُدْركْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلَّا مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُوْنَ وَتَحمَدُوْنَ ، وتُكَبِّرْونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلَاثِيْنَ » ، فخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا يُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلَاْثيْنَ ، وَنَحْمَدُ ثَلَاثاً وَثَلاَثِيْنَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِيْنَ فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللهِ ، وَالْحَمْدُ لله ، وَاللهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلَاثًا وَثَلاَثِيْنَ.

“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka salat sebagaimana kami salat.

Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah.

Nabi lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian.

Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.

“Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tigu kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya.

Nabi bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari, no 843).

Dan yang ketiga adalah berbakti kepada kedua orang tua atau birrul walidain, sebagia hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

إِنِّيْ أَشْتَهِيْ الجِهَادَ وَلَا اُقْدِرُ عَلَيْهِ، قَالَ: هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ: أُمِّيْ، قَالَ: فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَاَنْتَ حَاجٌّ، وَمُعْتَمِرٌ، وَمُجَاهِدٌ، فَإِذَارَضِيْتُ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللهَ وَبِرَّهَا

“Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah dan dia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu.

Rasulullah bertanya padanya. apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Dia jawab, ibunya masih hidup. Rasul pun berkata padanya,

“Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath 5/234/4463 dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman 6/179/7835)

Dari hadis dapat kita pahami bahwasanya berbakti kepada kedua orang tua mendapatkan pahala yang setara dengan pahalanya ibadah haji dan umrah.

Hanya saja, hadis ini menjurus kepada kita yang masih memiliki orang tua, baik itu salah satunya yang masih ada atau kedua-duanya. Sehingga peluang yang sangat menggiurkan ini dapat kita maksimalkan. (*)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini