Panglima Keteladanan di Media Sosial
foto: cnbc.com

Perkembangan zaman berjalan cepat. Salah satunya ditandai dengan penggunaan teknologi dan komunikasi yang sangat berpengaruh pada pola berinteraksi. Baik dalam aspek keragaman, jangkauan, bentuk ujaran, visualisasi dan lainnya.

Mereka yang tidak mengikuti perkembangan pun akan tergusur, terasing dalam pergaulan dan lingkungan.

Erupsi informasi terus tersaji tiada henti. Lihat saja banjir informasi di media sosial. Dari jari-jemari yang seakan tak lelah menari. Mengolah kata dan data, memilih foto dan video untuk di-share ke berbagai WAG.

Seperti ada kepuasan tersendiri jika apa yang dilakukan mendapat respons like, comment, and share. Berebut menyebarkan info tercepat. Meski tanpa ada cek dan recek dan menganalsis keakuratannya. Belum lagi memikirkan dampak dari aksi di media sosial.

Share informasi di media sosial sepertinya menjadi profesi. Seharian tanpa henti share informasi. Baik di saat kerja, apalagi di saat luang.

Kesempatan mengarungi media sosial terus dilakukan. Sehingga, ketika fasilitas jaringan internet terganggu, mereka gelisah dan berusaha segera tersambung lagi dengan jaringan media sosialnya meski mengeluarkan biaya. Yang penting eksis di dunia maya.

Penggunaan media sosial tidak lagi pada komunitas terbatas saja, tetapi meluas hingga mengglobal lintas negara dan masal. Sehingga apa yang terjadi saat itu dalam hitungan detik sudah tersiar ke berbagai dunia.

Beragam model sosial budaya gaya hidup hingga persoalan terkait ideologi dan keagamaan masyarakat dunia bisa diakses begitu mudah. Seakan sudah hadir di tempat itu untuk berinteraksi meski dalam dunia maya.

Tata pergaulan baru yang tidak lagi bertatap fisik. Cukup share narasi atau visualisasi dengan durasi secukupnya, komunikasi dan interaksi sudah terjadi saat itu.

Perubahan pola dan penggunaan media yang canggih bagi kita jangan sampai merubah fondasi ber-akhlaqul karimah.

Umat Islam yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan global diharapkan tetap memberikan penguatan spiritual dan akhlak mulia.

Karena ruang dakwah kita lebih luas, sehingga butuh penambahan wawasan yang lebih luas juga dengan model keragaman yang ada.

Berakhlak mulia khususnya dalam berselancar di dunia maya sebagai pedoman utama kita.

Di samping sebagai cerminan diri, juga merupakan tanggung jawab sosial kita untuk turut serta menjadi teladan utama dalam interaksi di media sosial.

Ayat Alquran memberikan petunjuk tentang keteladanan sebagaimana dalam surat Al Azhab 21, di mana dijelaskan bahwa Rasulullah Muhammad saw sebagai teladan kebaikan dalam kehidupan sehingga rahmat-Nya akan tercurah dan tercerahkan, hidup dalam kemuliaan, kebahagiaan, kesuksesan dan kemenangan.

Begitu juga surat Al Baqarah 83, hendaknya kita bertutur kata yang baik, karena dari bagaimana cara dan isi tutur kata ini berimplikasi yang luas dalam mempengaruhi persepsi seseorang.

Dan ditegaskan lagi dalam surat Al Maidah 9, bahwa orang orang yang bertakwa selalu berbicara, berkomunikasi dan berinteraksi secara benar sesuai petunjuk wahyu.

Dari beberapa tinjauan ayat Alquran tersebut menunjukkan, betapa pentingnya berkomunikasi secara benar dan itulah wujud implementasi berakhlak mulia dari mereka yang bertakwa.

Maka, dalam penggunaan media sosial pun prinsip berakhlak mulia dan takwa hendak menjadi pedoman berinteraksi.

Konten yang disampaikan bukan narasi kebencian, permusuhan dan penghujatan baik terhadap seseorang maupun kelompok tertentu yang disampaikan secara terbuka di ruang publik.

Juga dengan membuka aib, kejelekan dan kekurangan tanpa ada tabayun sehingga nafsu memfitnah menjadi salah satu penyakit kronis dalam bermedia sosial.

Tabayun sebagai bentuk klarifikasi mencari kebenaran atas berita yang tersebar agar terjaga kerukunan dan persaudaraan.

Ujaran kebencian dibalut kebohongan (hoax) seakan mudah dilakukan dan tanpa beban yang penting sudah share sejatinya bukan prinsip akhlak mulia, dan masih saja ada memobilisasi informasi menebar kebohongan.

Etika bermedia sosial dengan akhlak mulia dan takwa harus terus kita produksi karena ini adalah petunjuk kebenaran, bukan mengonsumsi dan memproduksi hoax.

Jalin silaturahmi untuk membuka hati menjadi jernih, menambah wawasan agar pikiran lebih terkendali, rajut persaudaraan (ukhuwah) sehingga dalam bermedia sosial lebih bermakna.

Jadilah sosok panglima keteladan kebaikan dalam bermedia sosial karena itu bagian dari dakwah yang mencerahkan dan menyadarkan.

Jangan menjadi korban yang tidak merasa sebagai korban akibat kebrutalan dalam bermedia sosial, karena sakitnya dapat semakin parah dan menjarah ke berbagai grup media sosial.

Santun bermedia sosial dengan sebar informasi kebenaran, teliti informasi baik isi maupun sumber informasi.

Karena faktanya ada sumber informasi yang memproduksi kebenaran konten, juga ada sumber informasi yang memproduksi hoax dengan narasi yang meyakinkan untuk memprovokasi.

Larutlah bersama dalam pacuan informasi yang benar sebagai bagian dari fastabiqul khoirot dan ber-amar ma’ruf nahi munkar. (*)

*) Andi Hariyadi, Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi PDM Surabaya

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini