Muhammadiyah memiliki tradisi kuat dalam mempelajari ilmu falak. Hal itu ditegaskn Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Susiknan Azhari, secara resmi menutup rangkaian acara Mudarasah Hisab Rukyat Kader Ulama Muda Muhammadiyah, Kamis (31/8/2023).
Acara yang berlangsung dalam format dua minggu sekali ini diwarnai dengan diskusi dan pembelajaran mendalam tentang ilmu falak yang begitu penting dalam lingkungan Muhammadiyah.
“Acara ini begitu penting, sebab tradisi ilmu falak di lingkungan Muhammadiyah begitu kuat,” ungkap Guru Besar Ilmu Falak Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.
Dalam Mudarasah Hisab dan Rukyat ini terdapat empat kluster. Dalam kluster pertama, peserta Mudarasah mempelajari Hisab Rukyat dari sudut pandang Alquran dan hadis-hadis, serta mendalami pemahaman melalui tafsir dan syarah.
Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana Alquran dan hadis mengacu pada perhitungan dan observasi bulan dan matahari dalam konteks penentuan waktu dan bulan hijriyah.
Tafsir dan syarah digunakan untuk menguraikan petunjuk yang terkandung dalam Alquran dan hadis terkait Hisab Rukyat.
Kluster kedua fokus pada konsep Ulil Amri dalam konteks tafsir Alquran, hadis, dan kaidah fikih. Para peserta mempelajari bagaimana prinsip kepemimpinan dan otoritas dalam Islam tercermin dalam teks-teks suci dan kaidah fikih.
Hal ini membantu mereka memahami peran pemimpin dalam pengambilan keputusan terkait Hisab Rukyat dan pengaturan kalender hijriyah.
Kluster ketiga membahas sejarah Hisab Rukyat dalam konteks Muhammadiyah. Peserta mendalaminya dengan memahami bagaimana tradisi Hisab Rukyat berkembang dalam organisasi ini selama bertahun-tahun.
Mereka juga mempelajari perkembangan penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia secara umum. Ini mencakup peran Muhammadiyah dalam upaya mencari kriteria yang lebih jelas dalam menentukan awal bulan hijriyah di negara ini.
Kluster terakhir membahas konsep Kalender Hijriyah Global Tunggal, yang merupakan ide tentang penggunaan kalender hijriyah yang seragam di seluruh dunia muslim.
Para peserta memahami konsep Ittihadul Mathali yang berarti penyatuan tindakan dan Naqlu Imkani Rukyat yang mengacu pada perpindahan hak dalam Hisab Rukyat.
Ini mencerminkan upaya untuk mencapai keseragaman dalam penentuan awal bulan hijriyah, sehingga umat Muslim di seluruh dunia dapat merayakan peristiwa agama secara bersamaan.
“Saya merasa bergembira. Ini berbeda dengan 20 tahun yang lalu. Dulu falak di internal kita sangat minim, karena mungkin hanya hitungan. Setelah itu ada perkembangan dari tahun ke tahun,” tambah Susiknan dengan rasa kebanggaan atas perkembangan ilmu falak di kalangan pemuda Muhammadiyah.
Dalam penutupan acara, Susiknan juga menyampaikan harapannya agar hasil dari Mudarasah ini tidak hilang begitu saja.
Ia mengusulkan agar dokumentasi acara ini dibukukan dalam bentuk PDF, khususnya terkait persoalan hisab dan rukyat.
Semangat dan antusiasme dalam Mudarasah Hisab Rukyat Kader Ulama Muda Muhammadiyah memberikan harapan baru dalam pemahaman ilmu falak, dan diharapkan akan terus berkembang di kalangan generasi muda Muhammadiyah. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News