PP ‘Aisyiyah Bersama Kemenag RI Kerja Sama dalam Program Ketahanan Keluarga
Penandatanganan MoU kerja sama oleh Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah.
UM Surabaya

Mengakselerasi penguatan kerja-kerja sosial dalam bidang ketahanan keluarga, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menjalin kerjasama dengan Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) kerja sama tersebut dilaksanakan oleh Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah dalam forum Mudzakarah Perhajian Indonesia 2023 di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (23/10).

Terkait isi kesepakatan kerja sama, setidaknya ada tiga hal, yakni; 1) sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan terkait ketahanan keluarga serta pembinaan dan pemahaman keagamaan yang moderat, 2) menyiapkan komunikasi, informasi, dan edukasi terkait ketahanan keluarga serta pembinaan dan pemahaman keagamaan yang moderat, dan 3) melakukan pembinaan, pemberdayaan, pendampingan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, mengenai peningkatan ketahanan keluarga, pembinaan dan pemahaman keagamaan yang moderat sesuai prinsip ajaran Islam bagi masyarakat.

“Terpenting, setelah nota kesepahaman ini adalah tindak lanjutnya. Segera ditindaklanjuti, dan bila ada kendala, silahkan lapor ke saya,” pesan Menag.

Adapun tentang forum Mudzakarah Perhajian Indonesia 2023 yang dilaksanakan pada hari itu mengangkat tema Penguatan Istitha’ah Kesehatan Jemaah Haji.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kemenag RI, Hilman Latief mengatakan kegiatan Mudzakarah Perhajian merupakan kegiatan yang penting untuk dilaksanakan setiap tahun.

Ia beralasan, permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan haji baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi terus berkembang, termasuk tentang istitha’ah kesehatan jamaah haji.

“Permasalahan istitha’ah atau kemampuan seseorang untuk berhaji sering kali menjadi bahan diskursus yang sangat fundamen, sehingga penting dibuat kegiatan mudzakarah untuk mendiskusikan masalah tersebut,” kata Hilman Latief saat membacakan laporannya.

Ia juga menyampaikan, dalam pelaksanaan ibadah haji 2023 angka kematian jamaah relatif tinggi. Bahkan, angka tersebut termasuk yang paling tinggi dalam 10 tahun terakhir penyelenggaraan haji.

Guru Besar UMY ini menyebut, jumlah jamaah yang wafat tahun ini dilaporkan mencapai 773 jamaah. Angka ini disampaikan pada penutupan operasional haji, pada 4 Agustus 2023.

“Ini jauh di atas angka kematian haji tahun 2017 yang jumlahnya mencapai 658 jamaah. Bahkan pada 2019, meski kuota haji lebih banyak atau 231 ribu, jamaah yang wafat 473 orang,” ujarnya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini