Empat Tingkatan Manusia Menghadapi Ujian Allah
foto: islamicity.org

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Telah menjadi kepastian Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwasanya seorang mukmin pasti mendapatkan ujian di dalam hidupnya.

Dengan ujian yang diberikan Allah, maka akan dapat dibedakan antara orang yang benar dan orang yang dusta keimanannya (antara yang diucapkan dan perbuatan yang dilakukannya).

Allah ta’ala berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankaabut: 3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyatakan jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencintai hambanya, maka Allah memberikan ujian kepadanya.

Ujian terberat adalah ujian yang dialami para nabi, kemudian orang semisal mereka dan seterusnya.

Rasulullah pernah ditanya, Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang mengalami ujian terberat? Maka beliau menjawab, “(Yang terberat mengalami ujian) adalah para nabi kemudian orang semisal mereka.” (HR. Tirmidzi 2900, Ad Darimi 2783. Hadis ini disahihkan Syaikh Al Albani di Shahihut Targhib wat Tarhib 3402)

Semakin dekat kualitas iman seseorang dengan kualitas iman para nabi, maka semakin banyak pula ujian yang dia dapatkan. Sehingga orang yang berbahagia adalah orang yang bisa bersabar dalam menghadapi ujian Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jika seseorang tidak bisa bersabar ketika menghadapi ujian Allah, maka dia mengalami kerugian di dunia dan kerugian di akhirat.

Dan tingkatan orang dalam menghadapi ujian ada empat, yaitu :

1. Tidak bisa bersabar sehingga hatinya protes (marah), lisannya mengumpat, melampiaskan dengan anggota badannya atas kejengkelannya terhadap musibah. Inilah orang yang rugi.

2. Bersabar terhadap ujian, bisa menahan diri dari mengeluh walau masih merasakan pahitnya ujian.

3. Rida, hatinya berlapang dada karena dia tahu ujian ini datang dari Allah Yang Maha Baik dan menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya.

4. Syukur, bukan mensyukuri jenis musibah dan ujiannya, tapi yang dilihat adalah hakikat pahala yang Allah sediakan, balasan yang kelak saat ahlul musibah menerima balasan, orang-orang yang sejahtera, berangan-angan seandainya kulitnya disayat-sayat karena besarnya pahala yang diterima ahlul musibah yang bersabar.

Insya Allah kita semua termasuk minash shobirin. Aamiin yaa rabb. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini