Lima Perjuangan Dalam Meraih Kebaikan
UM Surabaya

*) Oleh: Muhammad Iqbal Rahman
Sekretaris Majelis Tabligh PDM Kabupaten Mojokerto

Hari ini, 10 November 2023. Bangsa Indonesia memperingati sebagai adalah Hari Pahlawan. Tentunya, hari yang sangat bersejarah.

Pertempuran yang sangat sengit dari masyarakat Indonesia, khususnya di Surabaya, Jawa Timur, yang dipimpin Bung Tomo dalam rangka mempertahankan Tanah Air Indonesia tercinta melawan Belanda.

Jadi, pahlawan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani.

Di Indonesia, pahlawan nasional menjadi gelar yang ditetapkan secara legal oleh pemerintah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan merupakan konstitusi yang mengatur mengenai gelar kepahlawanan secara formal, lebih tepatnya gelar pahlawan nasional.

Pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Sedangkan yang dimaksud pahlawan dalam Islam adalah seseorang yang banyak memberi manfaat kepada sesamanya, baik manfaat ilmunya, hartanya, tenaganya, pikirannya atau ilmunya. Pribadi yang bermanfaat tersebut pantas disebut sebaik-baiknya manusia (pahlawan). Nabi Muhammad bersabda:

عَنِ جابر، رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

’’Jabir radhiyallahu ‘anhu bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Bukhari dan Muslim).

Lebih rinci lagi terkait pahlawan dalam Islam adalah orang-orang yang memperjuangkan masyarakat untuk mendapatkan keadilan, kenyamanan, kedamaian, keselamatan dan kedekatan kepada Tuhan dengan beberapa perjuangan yang di antaranya,

Pertama, berjuang dengan fisik.

Orang yang berjihad di jalan Allah (fi sabilillah) adalah seseorang berjuang dengan fisik atau berjuang membela agama Allah dengan segenap kemampuan dan segala yang dimilikinya.

Tidak menyerang tanpa alasan, tetapi berdasarkan keimanan dan kepedulian dan perintah ulil amri, karena membunuh tanpa hak termasuk dalam dosa besar.

Jika jiwa, keimanan, dan kehormatan kita diserang atau direbut timbullah kewajiban untuk berjihad.

Sebagaimana para sahabat berjihad pada masa Rasul dan para pejuang yang berusaha merebut kemerdekaan dari penjajah. Syarat utama dikatakan berjihad fi sabilillah adalah niatnya berjuang karena Allah.

Misalnya berjuang merebut kemerdekaan dengan alasan mempertahankan agama dan hak milik. Bung Tomo dalam pidatonya memekikkan takbir untuk membakar semangat pejuang yang akan bertempur di Surabaya.

Allah SWT berfirman:

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ

”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al-Baqarah: 190)

Kedua, berjuang dengan menuntut ilmu

Pada zaman Nabi Muhammad, banyak sahabat yang berkeinginan menjadi mujahid, berjuang dan berperang dengan fisik.

Mereka berbondong-bondong untuk mendaftar menjadi mujahid sehingga ada kontrol dari Allah untuk tidak semua umat Islam melakukan jihad atau berjuang dengan fisik, akan tetapi berjuang dengan menuntut ilmu.

Ada beberapa syarat agar menuntut ilmu masuk kategori berjuang atau berjiad di jalan Allah di antaranya:

  1. Faqih, maksudnya paham dan mengerti pokok-pokok ajaran agama (QS At-Taubah: 122).

2. Ilmu yang dipelajari bisa meningkatkan keimanan dan meninggikan derajat (QS Al-Mujadalah: 11).

3. Mempelajari suatu ilmu dilakukan karena Allah semata (QS Al-‘Alaq: 1)

Adapun ayat yang mempertegas bahwa menuntut ilmu juga bagian dari berjuang di jalan Allah atau berjihad adalah:

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ

“Dan tidak sepatutnya orang-orang Mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS At-Taubah: 122)

Saat terjadi peperangan saja masih diperintahkan untuk mempelajari ilmu, apalagi saat damai seperti sekarang ini. Ada tiga syarat menuntut ilmu agar termasuk dalam golongan jihad fi sabilillah;

Ketiga, berjuang dengan harta

Perjuangan dengan fisik serta menuntut ilmu, ke semuanya membutuhkan dukungan harta. Para sahabat ketika mereka berjuang juga membutuhkan dukungan harta dari para dermawan untuk perbekalan mereka.

Pada saat Perang Tabuk, Rasulullah pun mengimbau dan menghimpun bantuan untuk perbekalan Perang Tabuk tersebut.

Sahabat Utsman memberikan sepertiga hartanya, Sahabat Umar memberikan separo hartanya dan Sahabat Abu Bakar memberikan seluruh hartanya untuk kepentingan Perang Tabuk tersebut.

Jadi Perjuangan itu membutuhkan dukungan dana dan yang memberikan dana atau dukungan dana juga termasuk orang yang berjuang dan berjihad di jalan Allah, hanya melalui hartanya.

Allah berfirman:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

”Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah: 261).

Keempat, berjuang (berjihad) dengan lisan

Lidah memang tidak bertulang, tapi dengan lidah manusia sehat bisa sakit dan sebaliknya, manusia kaya bisa miskin dan sebaliknya, manusia mulia bisa hina dan sebaliknya, dan seterusnya. Dapat disimpulkan bahwa lidah atau lisan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.

Dalam sejarah penemuan Makam Imam Bukhari bahwa ketika Presiden Sukarno ketika itu diundang untuk kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet.

Sukarno meminta presiden Uni Soviet bisa menemukan kuburan Imam Bukhari, Sang Perawi Hadist ternama sebagai syarat kedatangannya bersama rombongan berkunjung ke Uni Soviet.

Alhasil ditemukannya kuburan Imam Bukhari di negara Uni Soviet. Dalam hal ini bagaimana Sukarno berani meminta dengan kata-kata tegas atau dengan lisan yang tegas meminta presiden Uni Soviet menemukan kuburan Imam Bukhari.

Rasulullah bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang dzalim.” (HR Abu Daud)

Kelima, berjuang dengan kepatuhan

Orang tua adalah manusia yang paling berjasa dalam kehidupan kita, karenanya pantaslah berbakti kepadanya tanpa batas.

Di samping itu tidak boleh kita menyakiti mereka walau dengan kata-kata yang sedikit mengusik perasaan yang dalam Alquran surat al-Isra disebut dengan kata “ah”.

Begitu besar nilai dan pahalanya berbakti dengan kepatuhan kepada orang tua dalam kehidupan manusia.

Berbakti kepada orang tua sama nilainya dengan jihad, sehingga dianggap berjihad yang nilai pahala sama dengan berjihad perang di jalan Allah.

Sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW dalam haditsnya. Hadits ini diceritakan ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash RA:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ « أَحَىٌّ وَالِدَاكَ ». قَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ »

“Ada seseorang yang mendatangi Nabi SAW, dia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi SAW lantas bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’

Ia jawab, ‘Iya masih.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.” (HR Muslim)

Itulah lima perjuangan untuk meraih kebaikan kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia.

Marilah, di hari pahlawan ini kita bisa mengimplementasikan perjuangan tersebut sebagai bentuk teladan kita untuk mengenang perjuangan jihad kebaikan para ulama dan pahlawan kita yang telah berjuang untuk negara Indonesia. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini