Kepedulian Itu Obat Kusamnya Hidup
foto: quora
UM Surabaya

*) Oleh: Angga Adi Prasetya,
Guru SD Muhammadiyah 1 Malang dan PDPM Kota Malang

Manusia pernah mengalamai fase dimana ‘sok merasa paling kuat’.
Arti sok kuat di sini adalah menguatkan diri di saat kita sedang tidak baik, dimana masalah maupun tekanan hidup datang silih berganti dan kita dipaksa untuk tangguh, teguh dan selalu tersenyum.

Salah satu momen yang barangkali akan meruntuhkan ‘sok kuatnya’ kita adalah ketika seseorang tanpa ada angin dan badai tiba-tiba memahami lalu bertanya, “Kamu kenapa? Kamu lagi nggak baik-baik aja, kan?”

Kita seperti dibaca olehnya, terkejut tepat di halaman penting; saat orang-orang sama sekali tak peduli.

Ketika yang lain melihat dan membaca kita sebagai orang kuat tapi di sisi lain orang memahami bahwa di dalam diri kita terseok-seok dan sedang dalam masalah, lalu kita terbaca bahwa kita tak baik-baik saja.

Seseorang yang mampu membaca kita, biasanya ia pun pernah melewati badai hidup yang sama, cobaan yang sama, bahkan lebih berat.

Maka ia melihat cukup dari diam termenungnya kita, menunduk lesunya kita, atau dari helaan napas yang berat sambil duduk terkulai di kursi. Dari mata sayu yang kurang tidur itu.

Ada kisah manusia paling tajam kepekaannya pada seseorang terabadikan dalam Alquran. Di saat harus melakukan misi berat antara hidup dan mati, dikejar oleh pembunuh dengan janji upah sangat tinggi.

Kalimat singkat penuh makna itu terucap di gelap gua nan sempit, “Laa tahzan” yang artinya jangan bersedih

Adalah baginda Rasulullah saw yang menjadikan Gua Tsur nan sempit dan gelap itu sebagai tempat bersembunyi yang aman bersama sahabat terbaiknya, Abu Bakar.

Padahal beliau sendiri sedang terancam, tegang dalam kejaran musuh. Tapi beliau tenangkan Abu Bakar:

لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ

“Jangan engkau bersedih, sungguh Allah bersama kita.” (QS. At Taubah 40)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini