*)Oleh: Bahrus Surur-Iyunk
Alumnus Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan, Guru SMAM I Sumenep
Rasulullah pernah mengajarkan sebuah zikir yang dianjurkan untuk dibaca setiap pagi dan sore. Sabda beliau,
مَنْ قَالَ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Barangsiapa mengucapkan “radhitu billahi rabba, wa bil Islami dina, wa bi Muhammadin Rasula,“ maka ia pasti masuk surga.” (HR. An-Nasa-i dari Abu Sa’id Al Khudriy, r.a).
Dalam Riwayat yang lain,
مَامِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ، يَقُوْلُ حِيْنَ يُصْبِحُ ثَلَاثًا وَحِيْنَ يُمْسِي، رَضِيْتُ بِاللَّهِ ربّاً، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا، إِلَّا كَانَ حَقًا عَلَى اللهِ، أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْم الْقِيَامَةِ
“Siapa pun muslim yang membaca setiap pagi dan sore tiga kali, “radhitu billahi rabba, wa bil Islami dina, wa bi Muhammadin nabiyya,” maka Allah akan senang menerimanya pada hari kiamat” (HR. Al-Nasa-i).
Artinya, ketika seseorang meninggal dunia pada hari itu dan ia telah berdzikir atau membaca tiga kali pada saat pagi atau sore hari, maka Allah akan menerimanya dan ia meninggal dalam keadaan Allah ridla kepadanya.
Dalam kita Tanbih Al Mughtarrin karya Syekh Abdul Wahhab Al Sya’rani, guru sufi terkemuka pada abad 10 H, dan ahli fiqh mazhab Syafi’i mengatakan, “inilah zikir yang paling populer di kalangan para sufi, para perindu Allah dan Rasulullah.”
Lalu apa hubungannya dengan kehidupan kekinian? Dalam dunia yang semakin sibuk dan kompleks, masyarakat modern seringkali merasa kehilangan arah dan makna hidup. Teknologi, media sosial, dan gaya hidup konsumtif sering membuat manusia terjebak dalam rutinitas yang kosong.
Di tengah menjalani hidup dalam kebisingan dunia modern, ada tiga jalan ma’rifat (pengetahuan yang mendalam) yang dapat dijadikan sebagai jalan menuju kebahagiaan yang hakiki, sebagaimana yang diajarkan dalam dzikir yang diajarkan Rasulullah di atas. Dzikir itu mengajarkan akan ma’rifatullah (mengenal Allah), ma’rifatud-din (mengenal agama), dan ma’rifatur-rasul (mengenal Rasulullah). Ketiga makrifat ini, jika dipahami dan diamalkan dengan baik, dapat memberikan kedamaian jiwa, ketenangan pikiran, dan kebahagiaan sejati.
Pertama, ma’rifatullah atau mengenal Allah adalah sumber kebahagiaan tertinggi. Ma’rifatullah adalah pengetahuan dan pengenalan tentang Allah, Sang Pencipta alam semesta. Di era modern, banyak orang mencari kebahagiaan melalui hal-hal duniawi seperti harta, jabatan, dan popularitas. Namun, hal-hal tersebut hanya memberikan kebahagiaan sementara. Allah SWT pernah mengingatkan dalam Al-Qur’an, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Mengenal Allah dengan benar akan membawa ketenangan batin dan keyakinan bahwa segala sesuatu di dunia ini berada di bawah kekuasaan-Nya. Ketika seseorang menyadari bahwa hidupnya adalah bagian dari rencana Allah yang sempurna, ia tidak akan mudah terombang-ambing oleh kesulitan hidup.
Ia memahami bahwa setiap ujian dan nikmat adalah bagian dari kasih sayang-Nya. Dengan ma’rifatullah, seseorang tidak lagi bergantung pada hal-hal materi, tetapi menjadikan Allah sebagai pusat hidupnya. Ini adalah sumber kebahagiaan yang tak tergantikan.
Kedua, ma’rifatud-din atau mengenal agama sebagai jalan hidup yang benar. Agama adalah pedoman hidup yang sempurna, yang mengajarkan manusia bagaimana menjalani kehidupan di dunia dan mempersiapkan akhirat. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)
Di era modern, ketika banyak nilai-nilai moralitas mulai kabur, ma’rifatud-din menjadi sangat penting. Mengenal agama Islam secara mendalam berarti memahami ajaran-ajaran Islam tentang ibadah, akhlak, dan hukum-hukum yang Allah tetapkan untuk kebaikan manusia. Ketika seseorang benar-benar mengenal dan memahami agama, ia akan hidup sesuai dengan syariat dan nilai-nilai yang dituntun oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
Dengan demikian, ia akan terhindar dari kekacauan hidup dan jebakan perilaku yang merusak diri. Ma’rifatud-din membantu masyarakat modern menemukan arah dan tujuan hidup yang jelas, sehingga mereka tidak tersesat dalam pencarian makna yang semu.
Ketiga, ma’rifatur-rasul atau mengenal Rasulullah sebagai teladan sejati dalam kehidupan. Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan sempurna bagi umat manusia dalam segala aspek kehidupan, baik sebagai pemimpin, suami, sahabat, maupun hamba Allah yang taat. Allah SWT berfirman, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Di zaman modern, ketika banyak orang bingung mencari panutan dan figur yang layak diikuti, mengenal Rasulullah SAW adalah solusi terbaik. Dengan mengenal Rasulullah, masyarakat modern akan belajar bagaimana menjalani kehidupan yang penuh kasih sayang, keadilan, dan kesederhanaan. Rasulullah mengajarkan pentingnya keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara bekerja keras dan tetap beribadah, antara menghargai hak-hak manusia dan menunaikan kewajiban kepada Allah.
Seseorang yang memahami dan mengikuti teladan Rasulullah akan hidup dengan lebih bermakna. Ia tidak akan terjebak dalam gaya hidup hedonis atau materialistis, melainkan menjalani hidup yang lebih mulia, berorientasi pada keberkahan dan ridha Allah. Ini membawa kebahagiaan sejati yang tidak bisa diukur dengan standar duniawi.
Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang cepat, manusia tetap membutuhkan pondasi spiritual yang kuat. Mengenal Allah, agama, dan Rasulullah adalah jalan untuk menemukan kebahagiaan yang abadi, jauh di atas kebahagiaan materi yang fana. Semakin dalam kita memahami ketiga ma’rifat ini, semakin tenang dan damai hidup kita, karena kita akan selalu merasa dekat dengan Sang Pencipta, menjalani hidup sesuai petunjuk-Nya, dan meneladani Rasul-Nya yang mulia. Wallahu a’lamu. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News