*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Marilah kita arahkan hati dan pikiran kepada Allah, Rabbul ‘Alamin. Renungkanlah keagungan dan kebesaran-Nya, serta rahmat dan kekuasaan yang senantiasa tercurah kepada kita.
Tidak ada satu pun makhluk yang diciptakan oleh Allah yang kekal atau abadi di dunia ini. Tidak peduli apakah seseorang itu baik, durhaka, kaya, miskin, berpangkat, atau rakyat jelata, semuanya pasti akan mengalami kematian.
Allah SWT berfirman:
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 34-35)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap manusia pasti akan mati dan sebelum kematian, manusia diuji dengan berbagai cobaan.
Ujian itu bisa berupa kesulitan seperti sakit, kemiskinan, dan kehilangan, maupun kebaikan dan kenikmatan seperti kekayaan, ilmu, dan kekuasaan. Semua itu adalah ujian dari Allah.
Manusia tidak akan mencapai akhirat tanpa melalui kematian. Kematian adalah kepastian yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun, di mana pun ia berada, bahkan di tempat persembunyian yang paling kokoh sekalipun.
Allah SWT berfirman:
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mendahulukannya.” (QS. Yunus: 49)
Dan juga:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS. Al-Jumu’ah: 8)
Ayat-ayat tersebut cukup menjadi peringatan bahwa kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dielakkan.
Kita sering menyaksikan berbagai cara manusia meninggalkan dunia ini, namun tidak ada yang benar-benar memahami rasa sakit dan penderitaan saat nyawa dicabut.
Sebagai orang yang beriman, kita percaya bahwa proses sakaratul maut sangatlah dahsyat.
Nabi Idris pernah meminta izin kepada Allah untuk merasakan bagaimana sakitnya sakaratul maut.
Kisah Nabi Idris dan Malaikat Izrail:
Nabi Idris bertanya kepada Malaikat Izrail,
“Apa maksud kedatanganmu, wahai Izrail? Apakah engkau hendak mencabut nyawaku?”
Malaikat Izrail menjawab,
“Tidak, Idris. Aku datang hanya untuk mengunjungimu karena Allah mengizinkanku.”
Nabi Idris lalu meminta,
“Wahai Izrail, aku ingin merasakan bagaimana rasanya sakaratul maut. Tolonglah cabut nyawaku dengan izin Allah dan hidupkan aku kembali.”
Malaikat Izrail pun memohon izin kepada Allah, dan permintaan Nabi Idris dikabulkan. Ketika nyawa Nabi Idris dicabut, Malaikat Izrail menangis menyaksikan betapa dahsyatnya rasa sakit yang dialami sahabatnya.
Setelah dihidupkan kembali, Nabi Idris menangis sejadi-jadinya karena tidak bisa membayangkan manusia lain mengalami sakaratul maut dengan rasa sakit yang sama.
Bahkan Rasulullah pernah bersabda:
“Sakitnya sakaratul maut itu seperti tiga ratus kali sakitnya tusukan pedang.”
(HR. Ibnu Abu Dunya)
Kematian adalah kepastian yang harus kita hadapi dengan iman dan persiapan. Setiap detik kehidupan adalah kesempatan untuk mendekat kepada Allah dan memperbaiki amal.
Janganlah kita terlena dengan dunia, karena semua yang ada di dalamnya hanyalah sementara. (*)